2. Program pendidikan vokasi dirasakan bersifat kaku dan kurang lentur terhadap perubahan kebutuhan lapangan kerja. Jenis program studi, materi pendidikan, cara mengajar, media belajar, evaluasi dan sertifikasi lebih banyak ditentukan oleh Pemerintah;
3. Kualitas pendidikan vokasi bidang industri masih perlu ditingkatkan terutama berkaitan dengan kuantitas,kualitas peralatan praktek, dosen dan infrastruktur pendukung lainnya;
4. Pendidikan vokasi bidang industri perlu lebih disesuaikan dengan Demand Driven kebutuhan nyata dunia industri dan berorientasi kepada kebutuhan pasar kerja yang berubah.
Berkaitan dengan potensi yang ingin digali dalam rangka untuk memperkuat revitalisasi pendidikan vokasi, terdapat beberapa permasalahan/kendala yang dihadapi, diantaranya:
a. Terbatasnya keterlibatan aktif dunia industri dalam pelaksanaan pendidikan vokasi (real link and match DUDI);
b. Tingkat pengangguran lulusan dari pendidikan vokasi masih tinggi;
c. Kompetensi SDM (Dosen/Instruktur) belum sesuai kebutuhan baik secara internal dalam pendidikan vokasi maupun untuk kebutuhan industri;
d. Kualitas lulusan dari pendidikan vokasi masih belum memadai sehingga berdampak pada produktivitas tenaga kerja Indonesia relatif rendah;
e. Pengembangan bidang keahlian pada lembaga kursus dan pelatihan belum sejalan dengan kebutuhan industri serta belum merespon kebutuhan pasar;
f. Kebijakan "pukul rata" antara universitas dengan politeknik perlu ditinjau ulang.
Mengatasi hambatan-hambatan dalam menerapkan program pendidikan vokasional tentu memerlukan pendekatan yang komprehensif, termasuk investasi dalam infrastruktur, pembaruan kurikulum, pelatihan bagi pengajar, serta meningkatkan dukungan dari berbagai pihak.