Mohon tunggu...
ardinal -
ardinal - Mohon Tunggu... wiraswasta -

mencoba menapaki tiap detik yang berlalu dengan suatu hasil

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Adikarya

10 Juni 2013   23:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:14 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sendiri aku menyusuri ; meraih petang, dalam perpaduan jingga hampa

Terseok mencakar tanah, menaiki tangga nirwana

senja tlah berlalu untukmu, sejak senja memisahkan kita,

kita tak lagi meraih malam berbintang

Merajut hidup bersamamu adalah anugrah, bersama mengukir pelangi, menertawakan kehidupan

Kadang rajutan itu aku buka, kala aku teringat akan lentik jarimu

Saat menari dalam mengagas perjalanan kita

Sebuah simfoni penuh makna

Aku ingat…,

Ketika musim bunga dalam taman kita

Dirimu bercumbu dengan bunga kecilku

Ia larut dalam dongeng legenda sang ibu

Aku terpesona riasan taman itu

Merias tawa

Hingga bunga keci itu telah mekar

Namun tanganmu masih menjaga, diantara derap tongkat kaki tiga

Dia masih memanja

Ah…, itu tak terkira

Semua titik hujan mengumandangkan; bersuar untuk pelitamu

kala lentik jemari tlah tak berirama

tak terasa perjalanan kita telah menuai senja

aku kan menyusulmu

Selaksa terbuka kabut penghalang mata, hingga senyumku merekah…, mengenang smua masa

Menorehkan adikarya sejarah kita

Aku tak lagi meraih petang

#SG/17/01/13

Event Reguler Pedas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun