Petugas : Pak Kodooook!!!! Orangmu ini lho!
Pak Kodok : Ada apa? (Petugas menunjuk pada Si Mas)
Si Mas : Berkasnya Pak Jati (nama samaran), Pak. Segera mau dipakai.
Pak Kodok : (Melihat-lihat isi berkas) Oke. Tunggu sebentar ya. (Berkas lalu diambil alih oleh Pak Kodok).
Oh meeeenn!!!!!! Apa itu tadi barusan?!?!
Gimana ya? Eee.... Aneh gitu rasanya. Rasanya gak cuma saya deh yang punya pengalaman seperti itu. Ya.... kalau seperti ini, tulisan besar di halaman “JANGAN GUNAKAN JASA CALO” jadi gak berarti gitu.
Lha mau gimana lagi? Kalau pakai jalur standar, sudah lama, ruwet pula. Tidak setiap hari juga kan orang punya waktu untuk ngurus berkas kependudukan seperti ini. Apalagi yang kuliah atau bekerja di luar kota. Bagaimana orang gak tertarik pake calo yang punya koneksi “orang dalam”. Sim salabim..... Jadi deh!
Saya jadi bertanya-tanya. Ini salahnya di mana sih? Ini emang prosesnya yang dibikin ruwet? Atau anggaran logistiknya emang terbatas? Atau apa? Adakah yang bisa menjelaskan?
Ada juga dialog yang cukup menarik yang terjadi di loket lain, loket legalisir KTP dan KK.
Petugas : (memanggil lewat loudspeaker) Legalisir Ibu Tina Toon!
(seorang Mas Mas datang mengambil)