Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : lupa-jajan.id

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Penyair di Ujung Jalan

25 Oktober 2024   08:02 Diperbarui: 25 Oktober 2024   08:07 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hidup berjalan di atas goresan takdir,

Di antara mimpi yang tak pernah sampai.

Aku berjalan di atas sunyi yang dalam,

Menunggu pagi yang tak kunjung datang."

Pemuda itu terdiam. Bait-bait puisi Arman menyentuh hatinya. Ia bisa merasakan kesakitan dan kesunyian yang dialami oleh lelaki tua di hadapannya. Meski pemuda itu belum pernah mengalami penderitaan sebesar itu, ia bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup terbuang, terlupakan, dan kehilangan segala yang dulu berharga.

"Ini indah, Pak," ucap pemuda itu setelah beberapa saat. "Tapi kenapa Anda hidup di jalanan? Puisi-puisi Anda layak dibaca oleh banyak orang."

Arman tersenyum tipis, senyum yang dipenuhi kepahitan. "Dulu, mungkin ada yang mau mendengarku. Tapi dunia berubah, Nak. Orang-orang tak lagi peduli pada kata-kata yang sulit. Mereka lebih suka hal yang cepat, yang instan. Puisi? Hanya jadi barang usang."

Pemuda itu menggeleng pelan, tak setuju dengan apa yang dikatakan Arman. "Kata-kata seperti ini tak akan pernah usang, Pak. Mungkin dunia tidak lagi memerhatikan, tapi bukan berarti kata-kata Anda kehilangan maknanya. Puisi-puisi ini masih bisa mengubah hati orang-orang, jika mereka diberi kesempatan untuk membacanya."

Arman terdiam. Kata-kata pemuda itu seolah menyalakan kembali api kecil di hatinya, api yang hampir padam oleh dinginnya kenyataan hidup. Namun, ia sudah terlalu lelah untuk berharap. Terlalu banyak malam yang ia lalui tanpa tujuan, terlalu banyak hari yang ia habiskan dalam kesunyian.

Pemuda itu, yang tersentuh oleh karya Arman, kemudian membuat keputusan. Ia menawarkan Arman tumpangan untuk bermalam di tempat yang lebih hangat, tapi lelaki tua itu menolak dengan lembut. Namun, pemuda itu tak menyerah. Ia meminta izin untuk membawa buku puisi Arman dan memperkenalkan karyanya kepada orang lain.

"Jika saya bisa membantu menyebarkan puisi Anda, mungkin dunia akan mendengarkan lagi," ujar pemuda itu dengan nada penuh harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun