Di relung jiwa yang terdalam,
Tersimpan bisikan kalbu yang terpendam,
Menyulam kisah tentang dunia yang kelam,
Diiringi melodi duka yang tak tertahankan.
Bagai lukisan abstrak tanpa makna,
....
Kehidupan manusia penuh luka dan nestapa,
Terjebak dalam jerat nafsu dan amarah yang membara,
Menenggelamkan cinta dalam egoisme yang hampa.
....
Air mata mengalir bagai air bah yang tak terbendung,
Menangisi tragedi yang melanda tanpa henti,
Menangisi kekejaman yang merenggut kasih sayang,
Menangisi cinta yang terkubur dalam kekecewaan.
....
Namun, dalam keheningan yang sunyi dan mencekam,
Terpancar secercah harapan yang tak kunjung padam,
Doa terpanjatkan ke langit yang maha tinggi,
Memohon kedamaian dan kebahagiaan yang abadi.
Bagai kunang-kunang di malam kelam yang kelam,
.....
Harapan menerangi jalan menuju masa depan yang terang,
Masa depan yang dihiasi mimpi indah dan gemilang,
Masa depan yang penuh cinta dan kasih sayang.
Dengan tekad yang membara bagai api yang berkobar,
Aku melangkah maju tanpa keraguan sedikitpun,
Memperjuangkan kedamaian dengan segenap jiwa dan raga,
Menebarkan benih kasih sayang di setiap langkah kaki yang menapak.
Dalam diam, aku berjanji dengan penuh keteguhan,
Akan menjadi pembawa cahaya di tengah kegelapan yang menyelimuti,
Menyalakan api cinta di hati yang membeku dan terluka,
Dan mengubah dunia menjadi tempat yang lebih indah dan berseri.
....
Aku, sang pendiam yang penuh dengan kekuatan dan semangat,
Akan bangkit dan melawan segala bentuk penindasan,
Membangun dunia yang penuh dengan kedamaian dan kebahagiaan,
Dan mengantarkan manusia menuju gerbang kemuliaan.
Februari, 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H