Hanya saja, kisah ini bisa diartikan sebaliknya. Harapan besar dan perjuangan Kino yang disandarkan pada mutiara "terkutuk" itu merepresentasikan kesadaran untuk berubah dan melawan, yang melebihi kepentingan egoistik.
Seperti kalimat penutup Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia-nya Pram (yang mengakui jika Steinbeck adalah gurunya dalam menulis), kisah ini walau ditamatkan dengan kehilangan dan duka yang dalam, setidaknya Kino sudah melawan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI