Bagi sebagian orang, terutama di kalangan anak muda, upacara hari besar nasional hanya dianggap sebagai rutinitas formal yang harus diikuti karena tuntutan institusi atau sekolah. Mereka mungkin melihat upacara sebagai suatu kewajiban yang kaku, penuh dengan aturan, dan jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Dengan kata lain, kegiatan ini tidak lagi memiliki relevansi yang dirasakan langsung oleh individu.
Contoh nyata dari perilaku ini adalah peserta yang tidak menjaga ketertiban, datang terlambat, atau tidak mengenakan seragam dengan benar. Beberapa mungkin datang tanpa mempersiapkan diri secara fisik dan mental, bahkan ada yang membawa makanan atau minuman saat upacara berlangsung. Hal-hal ini mengindikasikan bahwa upacara belum dipandang sebagai momen yang penting, tetapi sekadar prosedur administratif.
5. Kurangnya Pembinaan tentang Etika Upacara
Meskipun upacara sudah menjadi bagian dari tradisi sekolah dan institusi sejak lama, tidak semua peserta benar-benar memahami etika yang berlaku. Banyak yang tidak diajarkan bagaimana seharusnya bersikap saat upacara berlangsung. Tanpa bimbingan yang tepat, peserta cenderung bersikap seenaknya dan kurang memahami pentingnya upacara sebagai simbol penghormatan terhadap sejarah dan perjuangan bangsa.
Perilaku negatif yang mencerminkan hal ini misalnya banyak peserta yang tidak berdiri tegap saat penghormatan bendera, tidak menyanyikan lagu kebangsaan dengan sungguh-sungguh, atau bahkan asyik mengobrol dengan teman di sampingnya. Selain itu, beberapa di antaranya tidak sungguh-sungguh saat menyanyikan lagu kebangsaan, bahkan ada yang bercanda di tengah prosesi yang sakral.
Dampak dari Kehilangan Kesakralan dalam Upacara Peringatan
Ketidakseriusan dalam mengikuti upacara hari besar nasional memiliki dampak yang tidak bisa dianggap remeh. Penurunan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air bisa menyebabkan generasi muda menjadi tidak peduli terhadap kondisi bangsa, tidak mengenal identitas nasional, serta kurang memahami nilai-nilai yang menjadi landasan berdirinya negara. Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan lemahnya ikatan sosial dalam masyarakat serta berkurangnya semangat kebangsaan.
Salah satu upaya untuk mengatasi kondisi ini adalah memperkuat pendidikan karakter dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme sejak dini. Pendidik, orang tua, dan tokoh masyarakat perlu berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada generasi muda mengenai pentingnya menghargai sejarah dan menghormati nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, perlunya upacara yang lebih relevan dan interaktif dapat membantu generasi muda merasakan kembali esensi upacara sebagai momen refleksi dan penghormatan.
Kesimpulan
Upacara peringatan hari besar nasional seharusnya menjadi momen yang sakral, penuh dengan makna, dan mampu membangkitkan semangat cinta tanah air. Namun, di era modern ini, berbagai faktor seperti perkembangan teknologi, minimnya pemahaman sejarah, dan perubahan nilai sosial turut berperan dalam meredupkan kesakralan momen ini. Melalui pendekatan yang lebih edukatif dan relevan, upacara dapat kembali menjadi simbol penghormatan yang mengikat kita sebagai satu bangsa. Membentuk kesadaran nasionalisme bukanlah tugas instan; ia adalah proses yang membutuhkan keteladanan, konsistensi, dan dukungan dari semua pihak.
#SalamLiterasi