Upacara peringatan hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, dan Hari Pendidikan Nasional adalah momen untuk menghargai jasa para pahlawan, mengenang sejarah perjuangan bangsa, serta memperkuat rasa cinta tanah air. Namun, di era modern ini, tak jarang kita mendapati suasana upacara yang tampak tak lagi khidmat dan sakral seperti dahulu. Banyak orang, terutama generasi muda, mungkin merasa bahwa upacara tersebut hanya sekadar formalitas tanpa makna yang dalam. Berikut ini adalah lima sebab mengapa upacara peringatan hari besar nasional cenderung kehilangan kesakralannya, dilengkapi contoh perilaku negatif yang kerap terjadi selama upacara.
1. Penurunan Rasa Nasionalisme di Kalangan Masyarakat
Rasa nasionalisme yang dulunya menjadi identitas yang kuat kini mengalami penurunan, terutama di kalangan generasi muda. Menurut psikolog sosial, adanya pergeseran pola pikir dan budaya yang lebih global menyebabkan banyak orang merasa lebih terhubung dengan isu-isu internasional ketimbang masalah nasional. Pendidikan karakter yang kurang mendalam dalam menyampaikan nilai-nilai kebangsaan juga berdampak pada berkurangnya pemahaman mengenai sejarah perjuangan bangsa.
Contoh perilaku negatif yang mencerminkan hal ini adalah banyaknya peserta upacara yang tampak tidak antusias, menganggap upacara hanya sebagai kewajiban tanpa pemaknaan, serta menunjukkan sikap acuh tak acuh. Tak jarang kita melihat peserta yang berdiri sambil berbicara sendiri, bercanda, atau bahkan terlihat bosan tanpa memahami makna peringatan yang sedang dilangsungkan.
2. Perkembangan Teknologi yang Menciptakan Distraksi
Perkembangan teknologi telah membawa dampak positif maupun negatif dalam kehidupan masyarakat. Saat ini, kehadiran gadget dan media sosial membuat banyak orang cenderung terpaku pada layar daripada memperhatikan situasi di sekitarnya. Dalam konteks upacara peringatan, kehadiran gadget sering kali mengganggu fokus para peserta yang seharusnya serius mengikuti prosesi.
Fenomena umum yang terjadi adalah peserta upacara menggunakan ponsel secara diam-diam selama prosesi berlangsung, entah untuk memeriksa media sosial, chatting, atau sekadar bermain game. Hal ini menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap momen yang seharusnya sakral dan penuh penghormatan. Padahal, dalam sebuah upacara, setiap peserta diharapkan hadir secara fisik dan mental agar dapat mengambil makna dari peringatan tersebut.
3. Minimnya Pengetahuan Sejarah dan Pemahaman Nilai Kebangsaan
Banyak generasi muda saat ini yang kurang memahami sejarah perjuangan bangsa dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pendidikan sejarah di sekolah sering kali hanya disampaikan sebagai fakta-fakta tanpa narasi yang menyentuh dan membangkitkan rasa bangga terhadap bangsa. Akibatnya, sebagian besar peserta upacara hanya mengetahui nama-nama hari besar tanpa mengerti esensi peringatannya.
Contoh perilaku yang sering ditemui adalah peserta yang hanya ikut-ikutan atau sekadar hadir untuk memenuhi kewajiban tanpa memahami makna sebenarnya dari hari besar yang diperingati. Hal ini dapat terlihat dari sikap pasif mereka, misalnya tidak menjiwai lagu kebangsaan saat dinyanyikan, atau berdiri tanpa ekspresi selama penghormatan bendera.
4. Anggapan Bahwa Upacara Hanya Formalitas Tanpa Arti