Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ragam Kebijakan Kurikulum Merdeka yang Perlu Dihapuskan?

7 November 2024   11:00 Diperbarui: 7 November 2024   11:02 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum Merdeka, yang mulai diperkenalkan pada tahun 2020, bertujuan untuk menciptakan pendidikan yang lebih fleksibel, mandiri, dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Dalam sistem ini, kebijakan-kebijakan baru diterapkan untuk mendorong inovasi pengajaran, pembelajaran yang berpusat pada siswa, serta pembinaan karakter yang komprehensif. 

Meski demikian, ada beberapa kebijakan dalam Kurikulum Merdeka yang telah menuai kritik dari berbagai pihak. Beberapa kebijakan ini dianggap kurang efektif atau bahkan kontra-produktif, sehingga perlu dipertimbangkan untuk dihapus atau direvisi.

Artikel ini akan mengulas beberapa kebijakan Kurikulum Merdeka yang sebaiknya dihapuskan berdasarkan tinjauan teori pendidikan dan data empiris yang tersedia.

1. Kebijakan Pembelajaran Berbasis Proyek Secara Massal

Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) sebagai salah satu pendekatan utama. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk memberikan pengalaman nyata kepada siswa, meningkatkan kreativitas, dan memupuk keterampilan abad ke-21 seperti pemecahan masalah, kolaborasi, dan komunikasi.

Meskipun niatnya baik, pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek secara massal di setiap kelas dan jenjang sering kali menemui hambatan serius. Berdasarkan laporan dari Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Pembelajaran Indonesia (2022), banyak guru di daerah kurang siap dengan pendekatan ini. 

Mereka mengeluhkan kurangnya waktu, sumber daya, dan pelatihan yang memadai untuk mengimplementasikan proyek yang bermakna dan relevan bagi siswa.

Dari perspektif teori pendidikan, pendekatan ini sebenarnya efektif jika dilaksanakan dengan benar. Menurut Teori Pembelajaran Konstruktivis oleh Jean Piaget, siswa memang sebaiknya belajar melalui pengalaman langsung dan eksplorasi aktif. 

Namun, implementasi yang tergesa-gesa tanpa dukungan infrastruktur yang baik akan berujung pada beban tambahan bagi guru dan hasil pembelajaran yang tidak maksimal. Oleh karena itu, kebijakan ini perlu ditinjau kembali agar tidak diterapkan secara massal di semua kondisi, terutama di wilayah yang belum memiliki fasilitas dan kesiapan guru yang memadai.

2. Asesmen Berdasarkan Profil Pelajar Pancasila yang Terlalu Rigid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun