Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menumbuhkan Kepekaan Sosial terhadap Anak di Era Masyarakat Modern Saat Ini, Apa Tantangannya?

11 Oktober 2024   21:00 Diperbarui: 11 Oktober 2024   21:03 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita melihat dengan seksama akhir-akhir ini, tentu anda kerap menemui ragam kejadian atau peristiwa yang viral di media sosial yang menarik untuk kita bahas. Mulai dari tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, hingga hal-hal sepele yang kerap viral di Media Sosial. Tapi sadarkah anda, secara tidak langsung jika kita melihat atau menonton tayangan dari peristiwa tersebut, kita juga akan melatih rasa kepekaan kita terhadap segala permasalahan yang terjadi di sekitar kita. 

Permasalahan tersebut juga dapat menjadi wadah bagi kita melatih daya kritis, empati, simpati, serta kepekaan terhadap aspek lain serta sudut pandang lain sehingga kita diharapkan nantinya menjadi manusia yang mampu bermanfaat bagi orang lain. Sebelum membahas lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan kepekaan sosia, yuk simak paparan berikut ini.

Kepekaan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan merespons perasaan, kebutuhan, serta keadaan orang lain. Dalam era masyarakat modern saat ini, menumbuhkan kepekaan sosial pada anak menjadi lebih kompleks, terutama dengan kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan nilai-nilai sosial yang pesat. Namun, bukan berarti tugas ini tidak mungkin dilakukan. Justru, tantangan-tantangan yang dihadapi bisa menjadi peluang untuk menciptakan generasi yang lebih empatik dan peduli terhadap lingkungan sosialnya.

 1. Tantangan Teknologi dan Media Sosial

Salah satu tantangan terbesar dalam menumbuhkan kepekaan sosial pada anak di era modern adalah penggunaan teknologi, terutama media sosial. Meskipun teknologi memberikan banyak kemudahan dalam komunikasi dan akses informasi, media sosial sering kali memfasilitasi interaksi yang dangkal dan kurang personal. Anak-anak, yang tumbuh dengan gawai di tangan mereka, cenderung lebih terbiasa berinteraksi secara virtual daripada bertatap muka. Akibatnya, mereka mungkin kurang terlatih dalam membaca isyarat non-verbal, seperti ekspresi wajah atau bahasa tubuh, yang penting dalam membangun empati.

Selain itu, media sosial juga memperburuk fenomena "filter bubble", di mana algoritma hanya menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, sehingga mereka kurang terekspos pada pandangan yang berbeda. Hal ini bisa membuat anak-anak cenderung kurang peka terhadap perbedaan sosial, budaya, atau pandangan hidup lainnya.

Namun, teknologi juga bisa menjadi alat yang efektif untuk menumbuhkan kepekaan sosial, jika digunakan dengan bijak. Misalnya, ada banyak aplikasi dan platform yang menawarkan program pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai empati, toleransi, dan keragaman. Orang tua dan pendidik dapat memanfaatkan media ini untuk memperluas wawasan anak dan mengajari mereka pentingnya memahami sudut pandang orang lain.

 2. Globalisasi dan Identitas Budaya

Globalisasi telah membuat dunia semakin terhubung, dan anak-anak masa kini tumbuh di lingkungan yang lebih beragam secara budaya daripada generasi sebelumnya. Meskipun ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk lebih memahami perbedaan, globalisasi juga bisa menimbulkan tantangan bagi pengembangan kepekaan sosial.

Salah satu tantangannya adalah adanya kecenderungan homogenisasi budaya, di mana anak-anak mungkin kehilangan pemahaman tentang nilai-nilai dan tradisi lokal mereka. Dengan paparan budaya global yang begitu masif melalui media, musik, film, dan permainan, anak-anak mungkin lebih cenderung mengidentifikasi diri dengan budaya populer internasional daripada dengan warisan budaya mereka sendiri. Hal ini dapat mengurangi kepekaan mereka terhadap pentingnya keberagaman budaya dan identitas sosial.

Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menyeimbangkan antara memberikan paparan budaya global dan tetap mengajarkan anak-anak tentang pentingnya mempertahankan identitas budaya lokal mereka. Dengan mengenalkan anak pada kekayaan budaya dan sejarah lokal, mereka dapat belajar untuk menghargai perbedaan dan membangun kepekaan sosial yang lebih mendalam.

 3. Perubahan Nilai-Nilai Sosial

Masyarakat modern sering kali menekankan individualisme dan kompetisi sebagai nilai-nilai yang penting untuk sukses. Anak-anak diajarkan untuk menjadi mandiri, bersaing, dan mencapai prestasi pribadi. Meskipun nilai-nilai ini penting, penekanan yang berlebihan pada individualisme dapat menghambat pengembangan kepekaan sosial. Anak-anak mungkin lebih fokus pada pencapaian pribadi mereka dan kurang peduli terhadap kesejahteraan orang lain.

Selain itu, perubahan struktur keluarga dan komunitas juga mempengaruhi proses pembelajaran kepekaan sosial. Di masa lalu, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang lebih kolektif, di mana mereka sering berinteraksi dengan anggota keluarga besar atau komunitas yang erat. Kini, banyak anak tumbuh dalam keluarga inti yang lebih kecil, dan interaksi sosial mereka sering kali terbatas pada lingkungan sekolah atau teman sebaya. Kurangnya paparan terhadap komunitas yang beragam dapat membatasi kemampuan mereka untuk memahami berbagai perspektif dan membangun empati.

Untuk melawan kecenderungan ini, peran orang tua dan sekolah menjadi sangat penting. Orang tua dapat menumbuhkan kepekaan sosial pada anak melalui diskusi terbuka tentang perasaan, empati, dan pentingnya membantu orang lain. Pendidik juga dapat merancang kurikulum yang mengintegrasikan pelajaran sosial-emosional, di mana anak-anak diajarkan untuk bekerja sama, memahami perbedaan, dan membantu teman sekelas yang membutuhkan dukungan.

 4. Peran Pendidikan dalam Menumbuhkan Kepekaan Sosial

Sekolah memiliki peran penting dalam menumbuhkan kepekaan sosial pada anak-anak. Di luar mata pelajaran akademis, pendidikan sosial-emosional menjadi semakin penting untuk membentuk karakter anak. Di beberapa negara, pendidikan sosial-emosional telah dimasukkan dalam kurikulum sebagai bagian dari upaya untuk membekali anak-anak dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi individu yang empatik, peduli, dan bertanggung jawab secara sosial.

Melalui pendidikan ini, anak-anak belajar untuk mengenali emosi mereka sendiri dan emosi orang lain, mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik, serta memahami pentingnya kerjasama dan solidaritas. Pendidikan sosial-emosional juga membantu anak-anak untuk belajar bagaimana mengatasi konflik secara konstruktif dan menciptakan lingkungan yang inklusif di mana setiap orang merasa dihargai dan didengar.

Selain pendidikan formal di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler juga dapat menjadi sarana yang efektif untuk menumbuhkan kepekaan sosial. Misalnya, anak-anak yang terlibat dalam kegiatan sosial, seperti program sukarelawan, proyek lingkungan, atau kegiatan seni kolektif, cenderung lebih mudah mengembangkan rasa empati dan tanggung jawab sosial.

 5. Menghadapi Tantangan, Membangun Peluang

Menumbuhkan kepekaan sosial pada anak di era modern tidaklah mudah, tetapi tantangan-tantangan yang dihadapi justru membuka peluang baru. Orang tua, pendidik, dan komunitas memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak-anak menavigasi dunia yang semakin kompleks ini. Dengan mengajarkan nilai-nilai empati, toleransi, dan kepedulian terhadap orang lain, kita dapat membentuk generasi yang tidak hanya sukses secara individual, tetapi juga mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.

Teknologi, globalisasi, dan perubahan nilai sosial mungkin membawa tantangan tersendiri, tetapi dengan pendekatan yang tepat, tantangan tersebut dapat diubah menjadi peluang untuk menumbuhkan kepekaan sosial yang lebih kuat pada anak-anak. Melalui pendidikan, pengalaman sosial, dan dukungan dari keluarga, anak-anak dapat belajar untuk melihat dunia dari perspektif yang lebih luas, serta tumbuh menjadi individu yang empatik, peduli, dan bertanggung jawab terhadap orang lain.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun