Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menumbuhkan Kepekaan Sosial terhadap Anak di Era Masyarakat Modern Saat Ini, Apa Tantangannya?

11 Oktober 2024   21:00 Diperbarui: 11 Oktober 2024   21:03 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita melihat dengan seksama akhir-akhir ini, tentu anda kerap menemui ragam kejadian atau peristiwa yang viral di media sosial yang menarik untuk kita bahas. Mulai dari tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, hingga hal-hal sepele yang kerap viral di Media Sosial. Tapi sadarkah anda, secara tidak langsung jika kita melihat atau menonton tayangan dari peristiwa tersebut, kita juga akan melatih rasa kepekaan kita terhadap segala permasalahan yang terjadi di sekitar kita. 

Permasalahan tersebut juga dapat menjadi wadah bagi kita melatih daya kritis, empati, simpati, serta kepekaan terhadap aspek lain serta sudut pandang lain sehingga kita diharapkan nantinya menjadi manusia yang mampu bermanfaat bagi orang lain. Sebelum membahas lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan kepekaan sosia, yuk simak paparan berikut ini.

Kepekaan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan merespons perasaan, kebutuhan, serta keadaan orang lain. Dalam era masyarakat modern saat ini, menumbuhkan kepekaan sosial pada anak menjadi lebih kompleks, terutama dengan kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan nilai-nilai sosial yang pesat. Namun, bukan berarti tugas ini tidak mungkin dilakukan. Justru, tantangan-tantangan yang dihadapi bisa menjadi peluang untuk menciptakan generasi yang lebih empatik dan peduli terhadap lingkungan sosialnya.

 1. Tantangan Teknologi dan Media Sosial

Salah satu tantangan terbesar dalam menumbuhkan kepekaan sosial pada anak di era modern adalah penggunaan teknologi, terutama media sosial. Meskipun teknologi memberikan banyak kemudahan dalam komunikasi dan akses informasi, media sosial sering kali memfasilitasi interaksi yang dangkal dan kurang personal. Anak-anak, yang tumbuh dengan gawai di tangan mereka, cenderung lebih terbiasa berinteraksi secara virtual daripada bertatap muka. Akibatnya, mereka mungkin kurang terlatih dalam membaca isyarat non-verbal, seperti ekspresi wajah atau bahasa tubuh, yang penting dalam membangun empati.

Selain itu, media sosial juga memperburuk fenomena "filter bubble", di mana algoritma hanya menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, sehingga mereka kurang terekspos pada pandangan yang berbeda. Hal ini bisa membuat anak-anak cenderung kurang peka terhadap perbedaan sosial, budaya, atau pandangan hidup lainnya.

Namun, teknologi juga bisa menjadi alat yang efektif untuk menumbuhkan kepekaan sosial, jika digunakan dengan bijak. Misalnya, ada banyak aplikasi dan platform yang menawarkan program pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai empati, toleransi, dan keragaman. Orang tua dan pendidik dapat memanfaatkan media ini untuk memperluas wawasan anak dan mengajari mereka pentingnya memahami sudut pandang orang lain.

 2. Globalisasi dan Identitas Budaya

Globalisasi telah membuat dunia semakin terhubung, dan anak-anak masa kini tumbuh di lingkungan yang lebih beragam secara budaya daripada generasi sebelumnya. Meskipun ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk lebih memahami perbedaan, globalisasi juga bisa menimbulkan tantangan bagi pengembangan kepekaan sosial.

Salah satu tantangannya adalah adanya kecenderungan homogenisasi budaya, di mana anak-anak mungkin kehilangan pemahaman tentang nilai-nilai dan tradisi lokal mereka. Dengan paparan budaya global yang begitu masif melalui media, musik, film, dan permainan, anak-anak mungkin lebih cenderung mengidentifikasi diri dengan budaya populer internasional daripada dengan warisan budaya mereka sendiri. Hal ini dapat mengurangi kepekaan mereka terhadap pentingnya keberagaman budaya dan identitas sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun