Kualitas adab dan moral para remaja menjadi salah satu isu yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, banyak pihak yang khawatir bahwa nilai-nilai etika dan moral yang dipegang oleh generasi muda semakin tergerus.
 Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah benar sistem pendidikan saat ini menjadi penyebab utama menurunnya kualitas adab dan moral remaja?
Untuk menjawab pertanyaan ini, penting untuk melihat berbagai faktor yang memengaruhi pembentukan karakter remaja, mulai dari keluarga, lingkungan sosial, hingga pendidikan formal.Â
Artikel ini akan mengulas fenomena penurunan kualitas adab dan moral remaja, faktor-faktor yang berkontribusi, serta peran sistem pendidikan dalam isu tersebut.
1. Fenomena Penurunan Kualitas Adab dan Moral Remaja
Penurunan adab dan moral di kalangan remaja sering kali ditandai dengan perilaku yang kurang menghormati orang tua, guru, dan pihak-pihak otoritas lainnya. Selain itu, perilaku antisosial seperti bullying, vandalisme, hingga perilaku hedonis yang berlebihan semakin sering ditemukan di kalangan remaja.
Media sosial dan kemajuan teknologi juga memiliki peran besar dalam memengaruhi cara remaja berperilaku. Informasi yang tidak terfilter, konten yang berisi kekerasan atau pornografi, serta budaya selebritas yang mengedepankan gaya hidup glamor sering kali menjadi faktor yang memengaruhi cara pandang dan perilaku remaja.
Namun, meskipun fenomena ini sering dikaitkan dengan perkembangan teknologi dan perubahan zaman, banyak orang yang masih menyoroti sistem pendidikan sebagai faktor utama dalam pembentukan karakter dan moral remaja.Â
Ini membawa kita pada pertanyaan besar berikutnya: apakah benar sistem pendidikan menjadi penyebab utama penurunan kualitas adab dan moral remaja?
2. Peran Sistem Pendidikan dalam Pembentukan Karakter
Sistem pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan moral generasi muda. Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai institusi yang bertugas menanamkan nilai-nilai etika dan moral.
Dalam kurikulum pendidikan nasional, pendidikan karakter telah menjadi bagian yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seperti Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Agama.Â
Selain itu, di berbagai sekolah, ada juga upaya untuk memperkuat nilai-nilai moral melalui kegiatan ekstrakurikuler dan program-program seperti "sekolah berkarakter" atau "pendidikan adab."
Namun, meskipun secara formal ada penekanan pada pembentukan karakter di dalam kurikulum, kenyataannya implementasi pendidikan karakter di lapangan sering kali menemui berbagai kendala.Â
Salah satu masalah utama adalah fokus yang masih berat pada pencapaian akademis. Sekolah dan guru sering kali lebih berfokus pada hasil ujian dan prestasi akademis siswa daripada pengembangan moral dan etika. Akibatnya, nilai-nilai karakter hanya menjadi sekadar teori di ruang kelas tanpa pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apakah Sistem Pendidikan Menjadi Penyebab Utama?
Menjawab pertanyaan ini tidaklah sederhana. Meskipun sistem pendidikan memiliki peran penting dalam pembentukan karakter, tidak adil jika sepenuhnya menyalahkan sistem pendidikan sebagai penyebab utama penurunan kualitas adab dan moral remaja.Â
Ada beberapa alasan mengapa pendidikan formal bukanlah satu-satunya faktor:
a. Pengaruh Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak-anak dalam belajar tentang adab, moral, dan etika. Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai-nilai ini sejak dini.Â
Jika ada penurunan kualitas moral remaja, tidak bisa diabaikan bahwa pola asuh di dalam keluarga juga berperan. Dalam beberapa kasus, orang tua mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga kurang memberikan perhatian dan bimbingan yang cukup terhadap perkembangan moral anak.
Selain itu, keteladanan dari orang tua juga sangat berpengaruh. Jika orang tua tidak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral, anak-anak mereka kemungkinan besar akan meniru perilaku negatif tersebut. Oleh karena itu, peran keluarga dalam membentuk karakter anak tidak bisa diabaikan.
b. Pengaruh Lingkungan Sosial dan Media
Lingkungan sosial, seperti teman sebaya dan media, juga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku remaja. Remaja cenderung mencari identitas diri dan sering kali terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di sekitarnya.Â
Budaya populer yang dipromosikan oleh media sosial sering kali lebih mendominasi pikiran remaja daripada nilai-nilai moral yang diajarkan di sekolah.
Selain itu, konten-konten di media sosial dan internet yang mengandung kekerasan, seksualitas, atau materialisme dapat merusak pembentukan karakter remaja. Tanpa kontrol dan pengawasan yang baik, remaja bisa terjebak dalam pergaulan atau gaya hidup yang merugikan mereka secara moral.
c. Tekanan Akademis
Sistem pendidikan yang terlalu fokus pada pencapaian akademis bisa mengabaikan pentingnya pendidikan karakter. Guru sering kali dibebani dengan target pencapaian kurikulum dan hasil ujian siswa, sehingga pendidikan moral hanya menjadi bagian yang kurang mendapat perhatian.Â
Bahkan, dalam beberapa kasus, nilai-nilai seperti kejujuran dan kerja keras bisa tergantikan oleh praktik-praktik yang tidak etis, seperti mencontek atau membeli jawaban ujian.
Selain itu, tekanan untuk mencapai prestasi akademis yang tinggi juga dapat menimbulkan stres pada remaja, yang kemudian dapat berdampak negatif pada perilaku mereka. Dalam kondisi stres, remaja mungkin cenderung berperilaku agresif atau antisosial.
4. Solusi untuk Mengatasi Penurunan Kualitas Adab dan Moral Remaja
Mengatasi masalah penurunan adab dan moral di kalangan remaja memerlukan pendekatan yang holistik, yang melibatkan semua pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berikut beberapa solusi yang dapat diambil untuk meningkatkan kualitas adab dan moral remaja:
a. Peran Keluarga yang Lebih Aktif
Orang tua harus lebih aktif dalam mendidik anak-anak mereka tentang nilai-nilai moral sejak dini. Pendidikan karakter yang baik dimulai dari rumah, dan orang tua harus menjadi teladan dalam hal adab dan etika.Â
Komunikasi yang terbuka dan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan media sosial juga diperlukan untuk mencegah remaja terpengaruh oleh konten negatif.
b. Peningkatan Pendidikan Karakter di Sekolah
Sekolah harus memberikan porsi yang lebih besar terhadap pendidikan karakter. Ini bisa dilakukan dengan memperbanyak kegiatan yang melibatkan pengamalan nilai-nilai moral, seperti kegiatan sosial, program mentoring, dan pelatihan etika.Â
Selain itu, pendidikan karakter tidak hanya harus diajarkan sebagai teori, tetapi juga dipraktikkan dalam interaksi sehari-hari di lingkungan sekolah.
c. Kontrol Media Sosial dan Teknologi
Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan regulasi yang lebih ketat terhadap konten-konten di media sosial yang dapat merusak moral remaja.Â
Selain itu, diperlukan juga pendidikan literasi digital bagi remaja agar mereka lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima dan lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Penurunan kualitas adab dan moral di kalangan remaja bukan hanya tanggung jawab sistem pendidikan semata. Meskipun pendidikan formal memegang peranan penting dalam pembentukan karakter, keluarga, lingkungan sosial, dan media juga memiliki pengaruh besar.Â
Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bermoral dan beradab tinggi.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H