Selain itu, keteladanan dari orang tua juga sangat berpengaruh. Jika orang tua tidak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral, anak-anak mereka kemungkinan besar akan meniru perilaku negatif tersebut. Oleh karena itu, peran keluarga dalam membentuk karakter anak tidak bisa diabaikan.
b. Pengaruh Lingkungan Sosial dan Media
Lingkungan sosial, seperti teman sebaya dan media, juga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku remaja. Remaja cenderung mencari identitas diri dan sering kali terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di sekitarnya.Â
Budaya populer yang dipromosikan oleh media sosial sering kali lebih mendominasi pikiran remaja daripada nilai-nilai moral yang diajarkan di sekolah.
Selain itu, konten-konten di media sosial dan internet yang mengandung kekerasan, seksualitas, atau materialisme dapat merusak pembentukan karakter remaja. Tanpa kontrol dan pengawasan yang baik, remaja bisa terjebak dalam pergaulan atau gaya hidup yang merugikan mereka secara moral.
c. Tekanan Akademis
Sistem pendidikan yang terlalu fokus pada pencapaian akademis bisa mengabaikan pentingnya pendidikan karakter. Guru sering kali dibebani dengan target pencapaian kurikulum dan hasil ujian siswa, sehingga pendidikan moral hanya menjadi bagian yang kurang mendapat perhatian.Â
Bahkan, dalam beberapa kasus, nilai-nilai seperti kejujuran dan kerja keras bisa tergantikan oleh praktik-praktik yang tidak etis, seperti mencontek atau membeli jawaban ujian.
Selain itu, tekanan untuk mencapai prestasi akademis yang tinggi juga dapat menimbulkan stres pada remaja, yang kemudian dapat berdampak negatif pada perilaku mereka. Dalam kondisi stres, remaja mungkin cenderung berperilaku agresif atau antisosial.
4. Solusi untuk Mengatasi Penurunan Kualitas Adab dan Moral Remaja
Mengatasi masalah penurunan adab dan moral di kalangan remaja memerlukan pendekatan yang holistik, yang melibatkan semua pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berikut beberapa solusi yang dapat diambil untuk meningkatkan kualitas adab dan moral remaja: