Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

IKN dari Paru-Paru Dunia hingga Menjadi Paru-Paru Ibu Kota

7 Oktober 2024   21:00 Diperbarui: 8 Oktober 2024   16:32 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istana Garuda, Istana Negara, dan Lapangan Upacara Ibu Kota Nusantara (IKN)(PTPP/GALANG SINU SUSILO via KOMPAS.com)

Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan alam yang luar biasa, terutama dari sisi hutan hujannya yang membentang luas di Pulau Kalimantan. 

Hutan ini bukan hanya menjadi rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna, tetapi juga berperan penting sebagai paru-paru dunia karena kemampuannya menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. 

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian global tertuju pada rencana pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke wilayah Kalimantan Timur, yang nantinya dikenal dengan nama Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Banyak yang bertanya-tanya: bagaimana rencana pembangunan IKN ini akan berdampak pada status Kalimantan sebagai paru-paru dunia? Dan bisakah IKN itu sendiri menjadi paru-paru baru bagi Indonesia?

1. Hutan Kalimantan sebagai Paru-Paru Dunia

Pulau Kalimantan adalah salah satu kawasan dengan hutan tropis terluas di dunia, bersama dengan Amazon di Amerika Selatan dan Kongo di Afrika. Hutan tropis ini memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. 

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hutan Kalimantan mampu menyerap jutaan ton karbon dioksida setiap tahunnya, yang berkontribusi besar terhadap penurunan emisi gas rumah kaca di atmosfer. 

Selain itu, hutan ini juga menyimpan keragaman hayati yang luar biasa, termasuk spesies-spesies yang terancam punah seperti orangutan, badak sumatera, dan gajah borneo.

Namun, seiring dengan berkembangnya aktivitas manusia, seperti penebangan liar, konversi lahan untuk perkebunan sawit, dan tambang, luas hutan Kalimantan semakin berkurang. 

Dalam konteks ini, pemindahan ibu kota ke wilayah Kalimantan menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh pembangunan infrastruktur besar-besaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun