Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW: Sejarah Dibalik Tren Penggunaan Telur Hias & Kenapa Harus Telur?

25 September 2024   21:57 Diperbarui: 25 September 2024   21:57 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://makassar.antaranews.com/berita/91178/telur-hias-maulid)

Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan perayaan yang dilakukan umat Islam untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah. Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, peringatan Maulid ini dirayakan dengan berbagai tradisi yang khas, salah satunya adalah penggunaan telur hias. Tren penggunaan telur hias dalam Maulid Nabi tidak hanya menarik perhatian karena keunikannya, tetapi juga karena kaya akan makna simbolis yang mendalam. Artikel ini akan membahas sejarah di balik tradisi telur hias pada perayaan Maulid serta alasan mengapa telur menjadi elemen yang begitu penting dalam tradisi ini.

Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diyakini pertama kali diselenggarakan oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir pada abad ke-10 Masehi. Perayaan ini kemudian menyebar ke seluruh dunia Islam, termasuk ke Indonesia, yang hingga kini masih menjadi salah satu negara dengan tradisi Maulid paling beragam. Tujuan utama perayaan Maulid adalah untuk mengingat kembali nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, seperti kasih sayang, keadilan, dan kebaikan kepada sesama.

Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi telah diadopsi dan diintegrasikan ke dalam budaya lokal di berbagai daerah. Setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk merayakannya, dari pembacaan shalawat dan doa bersama, hingga penyajian makanan khas, dan arak-arakan pawai. Salah satu tradisi yang menjadi sorotan adalah penggunaan telur hias, terutama di beberapa wilayah di Jawa.

Telur Hias dalam Peringatan Maulid

Penggunaan telur hias dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia umumnya melibatkan telur yang telah direbus, kemudian dihias dengan warna-warna cerah atau ditempatkan di atas susunan batang pisang yang dihias. Telur-telur ini biasanya akan dibagikan setelah prosesi perayaan selesai sebagai simbol keberkahan dan doa bagi para peserta.

Namun, bagaimana telur yang tampaknya sederhana ini bisa menjadi bagian integral dari tradisi Maulid? Untuk memahami hal ini, kita perlu menelusuri lebih dalam makna simbolis dari telur dan bagaimana budaya lokal telah mengadopsinya.

Makna Filosofis dari Telur

Telur, dalam banyak budaya di seluruh dunia, sering kali melambangkan kehidupan baru, kesuburan, dan harapan. Dalam konteks Islam, telur juga dapat dianggap sebagai simbol kehidupan dan penciptaan, mengingat Allah SWT adalah Pencipta segala makhluk. Dalam perayaan Maulid, telur hias bisa diartikan sebagai simbol harapan akan kelahiran spiritual yang baru, di mana para peserta perayaan diingatkan untuk selalu memperbaharui iman dan ketaatan mereka kepada ajaran Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, bentuk telur yang bulat dianggap mewakili kesempurnaan dan keteguhan iman. Sebagaimana telur harus dirawat dengan hati-hati agar tidak pecah, demikian pula iman seseorang harus dijaga agar tidak goyah oleh godaan duniawi. Telur dalam perayaan Maulid bukan sekadar hiasan; ia adalah pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan beragama.

Mengapa Telur?

Ada beberapa alasan mengapa telur dipilih sebagai elemen penting dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, terutama di Indonesia:

  1. Ketersediaan dan Kesederhanaan
    Telur adalah bahan yang mudah didapatkan oleh masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Selain itu, telur merupakan simbol kesederhanaan, yang sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya hidup sederhana dan bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

  2. Simbol Kehidupan dan Kesuburan
    Seperti yang disebutkan sebelumnya, telur melambangkan kehidupan dan kesuburan. Dalam konteks perayaan Maulid, telur menjadi simbol harapan agar umat Islam selalu diberikan kehidupan yang diberkahi dan keturunan yang baik.

  3. Tradisi dan Budaya Lokal
    Penggunaan telur dalam perayaan Maulid juga dipengaruhi oleh tradisi dan budaya lokal. Di banyak daerah di Indonesia, telur sering kali digunakan dalam berbagai upacara adat sebagai simbol keberkahan dan doa. Oleh karena itu, telur menjadi elemen yang relevan untuk digunakan dalam perayaan Maulid, di mana umat Islam berdoa untuk mendapatkan keberkahan seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

  4. Representasi dari Satu Kesatuan
    Telur yang utuh juga sering diartikan sebagai simbol persatuan dan kesatuan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya persatuan umat (ukhuwah Islamiyah). Dalam perayaan Maulid, penggunaan telur dapat dilihat sebagai representasi dari harapan agar umat Islam tetap bersatu dalam menghadapi tantangan zaman.

Telur Hias sebagai Tradisi di Berbagai Daerah

Di berbagai daerah di Indonesia, penggunaan telur hias dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW telah mengalami modifikasi sesuai dengan budaya lokal. Beberapa contoh di antaranya adalah:

  1. Maulid Nabi di Jawa Timur
    Di Jawa Timur, khususnya di daerah Madura, telur hias ditempatkan di atas batang pisang yang telah dihias dengan kertas warna-warni. Batang pisang ini kemudian dibawa dalam prosesi arak-arakan sambil diiringi dengan shalawat dan tabuhan musik tradisional. Telur-telur ini kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol keberkahan.

  2. Maulid Nabi di Sulawesi Selatan
    Di Sulawesi Selatan, tradisi telur hias dikenal dengan nama mapaccing, yang merupakan bagian dari rangkaian acara Maulid. Telur-telur yang telah dihias dengan cantik ini kemudian disusun dalam wadah khusus dan dibawa ke masjid atau rumah-rumah untuk dibagikan.

  3. Maulid Nabi di Yogyakarta
    Di Yogyakarta, telur hias biasanya ditempatkan di atas pohon pisang yang dipotong pendek dan dihias dengan berbagai ornamen tradisional. Telur-telur ini akan dibagikan kepada anak-anak dan masyarakat setelah prosesi selesai, dengan harapan mereka mendapatkan keberkahan dan rezeki yang melimpah.

Penggunaan telur hias dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia bukanlah sekadar tradisi yang muncul tanpa alasan. Telur, dengan segala simbolisme dan maknanya, memiliki nilai filosofi yang mendalam, mencerminkan kehidupan, keberkahan, kesederhanaan, dan persatuan. Tradisi ini menunjukkan bagaimana budaya lokal Indonesia mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan sebuah perayaan yang kaya akan makna spiritual dan kebudayaan. Telur hias dalam perayaan Maulid mengingatkan kita akan pentingnya menjaga iman, merawat kehidupan, serta terus memperbaharui semangat dalam mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun