2. Keterbatasan Waktu
- Jadwal Padat: Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas dalam alokasi waktu, tetapi beberapa sekolah masih berjuang menyesuaikan jadwal. Sering kali, penerapan P5 bersinggungan dengan kegiatan akademis yang padat, sehingga waktu untuk proyek ini menjadi kurang optimal.
- Pembagian Waktu Tidak Merata: Terkadang, guru kesulitan mengatur waktu antara kegiatan proyek dengan pembelajaran akademik reguler. Hal ini bisa mengakibatkan salah satu aspek kurang maksimal, baik itu P5 atau pencapaian akademis.
 3. Keterbatasan Sumber Daya
- Kekurangan Dana dan Fasilitas: Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil atau dengan keterbatasan anggaran, menghadapi kendala dalam hal sarana dan prasarana untuk melaksanakan proyek P5. Sumber daya seperti alat-alat, teknologi, atau bahkan tempat untuk melaksanakan proyek menjadi terbatas.
- Minimnya Sumber Belajar: Selain keterbatasan finansial, sekolah juga sering kali menghadapi kurangnya sumber belajar yang mendukung kegiatan proyek, baik dari segi bahan ajar maupun literatur yang relevan.
 4. Partisipasi Siswa yang Bervariasi
- Motivasi yang Berbeda-beda: Tidak semua siswa memiliki minat atau motivasi yang sama dalam mengikuti proyek-proyek P5. Beberapa siswa mungkin merasa tidak tertarik atau kurang termotivasi karena pendekatan belajar berbasis proyek baru bagi mereka.
- Perbedaan Kemampuan: Kesenjangan kemampuan antar siswa dalam memahami dan menjalankan proyek P5 juga menjadi tantangan. Beberapa siswa yang lebih cepat menangkap konsep mungkin maju lebih cepat, sementara siswa lain tertinggal, menyebabkan ketidakmerataan keterlibatan.
 5. Kurangnya Kolaborasi dengan Lingkungan Sekolah
- Minimnya Dukungan Orang Tua dan Komunitas: Kesuksesan P5 membutuhkan dukungan dari orang tua dan lingkungan komunitas sekitar. Namun, di beberapa kasus, keterlibatan orang tua dalam mendukung proyek siswa masih sangat minim. Komunitas di sekitar sekolah juga mungkin belum banyak terlibat dalam memberikan dukungan nyata terhadap proyek-proyek ini.