Di satu sisi, banyak masyarakat yang mulai mempertanyakan kebijakan publik, menuntut transparansi, dan mengkritisi isu-isu sosial seperti ketidakadilan, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia. Gerakan-gerakan sosial, diskusi publik, dan petisi online menjadi bukti nyata bahwa daya kritis masyarakat semakin tumbuh.Â
Namun, di sisi lain, kita juga masih menghadapi tantangan besar, seperti penyebaran hoaks, disinformasi, dan polarisasi yang kerap memicu ketegangan dan konflik.Â
Meskipun demikian, masyarakat Indonesia terus menunjukkan perkembangan dalam kemampuan berpikir kritis, meski dengan ruang untuk perbaikan, terutama dalam membedakan informasi valid dari informasi menyesatkan dan dalam memperdalam analisis atas isu-isu yang dihadapi.
Kritis yang seperti apakah yang dimaksud?
Kritis yang dimaksud dalam konteks ini adalah kemampuan untuk berpikir secara mendalam, analitis, dan evaluatif terhadap informasi, kebijakan, atau situasi yang dihadapi.Â
Kritis tidak hanya berarti mempertanyakan atau menentang, tetapi juga melibatkan proses penyaringan informasi, mengevaluasi bukti, serta memahami sudut pandang yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan atau tindakan.Â
Dalam hal ini, masyarakat yang kritis mampu menganalisis situasi secara objektif, mempertanyakan asumsi yang ada, dan mencari solusi berdasarkan logika, data, serta pertimbangan etis yang matang. Sikap kritis juga mendorong seseorang untuk tidak mudah terpengaruh oleh misinformasi atau opini yang tidak didasarkan pada fakta.Â
Penerapan sikap kritis dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia bisa dilakukan dalam berbagai konteks. Berikut beberapa contoh konkret:
1. Memilih Informasi dari Media SosialÂ
Di era digital, banyak berita atau informasi tersebar di media sosial. Masyarakat yang kritis akan mengecek sumber informasi, memeriksa kebenaran berita, dan tidak langsung menyebarkan berita tanpa memastikan validitasnya. Misalnya, ketika mendapatkan berita tentang isu politik, mereka akan membandingkan informasi dari beberapa sumber terpercaya sebelum membuat kesimpulan.
2. Kritis Terhadap Kebijakan PemerintahÂ