Oleh karena itu, meskipun ada alasan-alasan kuat mengapa beberapa guru lebih menyukai Kurikulum 2013, klaim bahwa kurikulum ini lebih baik secara mutlak tidaklah sepenuhnya benar. Setiap kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, dan keefektifannya sering kali bergantung pada konteks pelaksanaan serta kesiapan semua pihak yang terlibat.
Lantas, apa perlu K13 kembali diterapkan di era pendidikan saat ini?
Mengembalikan Kurikulum 2013 di era pendidikan Indonesia saat ini adalah keputusan yang harus dipertimbangkan secara matang, mengingat berbagai faktor dan dinamika yang ada. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan:
 1. Konteks Perubahan Global
Pendidikan di era saat ini dihadapkan pada tantangan global yang terus berkembang, termasuk kemajuan teknologi, perubahan dunia kerja, dan kebutuhan akan keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi. Kurikulum Merdeka dirancang untuk lebih responsif terhadap tantangan ini, memberikan fleksibilitas yang memungkinkan guru menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa dan tuntutan zaman. Mengembalikan Kurikulum 2013 mungkin tidak sejalan dengan kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan global yang cepat.
 2. Pengembangan Siswa yang Beragam
Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang lebih personal dan berbasis minat, yang bisa lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan siswa yang beragam. Dalam konteks ini, kembali ke Kurikulum 2013 yang lebih seragam mungkin akan mengabaikan kebutuhan individual siswa dan potensi mereka yang berbeda-beda.
 3. Kesiapan Guru
Banyak guru yang sudah mulai beradaptasi dengan Kurikulum Merdeka, dan kembali ke Kurikulum 2013 bisa berarti kembali lagi ke pendekatan yang lebih konvensional dan terstruktur. Meskipun ini mungkin lebih nyaman bagi sebagian guru, perlu dipertimbangkan apakah hal ini justru akan menghambat proses pengembangan kompetensi guru yang lebih inovatif dan kreatif.
 4. Evaluasi Implementasi
Daripada langsung kembali ke Kurikulum 2013, mungkin lebih bijak untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap implementasi Kurikulum Merdeka. Apakah kekurangannya terletak pada desain kurikulum, ataukah lebih kepada kurangnya dukungan dan pelatihan bagi guru? Jika masalahnya lebih pada implementasi, solusinya mungkin bukan dengan kembali ke kurikulum lama, tetapi dengan meningkatkan dukungan dan pelatihan.