Krisis ekonomi Asia yang dimulai pada pertengahan 1997 melanda Indonesia dengan dampak yang sangat parah. Nilai tukar rupiah anjlok drastis terhadap dolar AS, dan krisis ini menyebabkan inflasi tinggi serta keruntuhan sektor perbankan. Banyak perusahaan dan individu mengalami kebangkrutan, dan ketidakstabilan ekonomi memicu ketidakpuasan luas di kalangan masyarakat.
 2. Kepemimpinan yang Korup dan Otoriter
Kepemimpinan Soeharto yang telah lama berkuasa dicirikan oleh praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kekayaan negara banyak dikuasai oleh elite politik dan keluarga dekat Soeharto, yang memperburuk ketidakadilan sosial dan ekonomi. Keberadaan sistem pemerintahan yang otoriter dan pengawasan ketat terhadap kebebasan politik juga menambah ketidakpuasan rakyat.
 3. Ketidakpuasan Sosial dan Politik
Ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Orde Baru semakin meningkat. Protes-protes massa mulai marak di berbagai kota, termasuk Jakarta. Mahasiswa dan kelompok masyarakat sipil menjadi pelopor dalam demonstrasi yang menuntut reformasi dan perubahan. Pemberitaan media yang lebih bebas juga membantu mengungkapkan berbagai masalah yang ada.
 4. Krisis Legitimitas Politik
Dengan semakin meningkatnya tekanan dari dalam negeri dan luar negeri, legitimasi politik Soeharto dan pemerintahannya mulai dipertanyakan. Kegagalan dalam mengatasi krisis ekonomi dan tuntutan reformasi memperlemah posisi politiknya.
 5. Pengunduran Diri Soeharto
Pada 21 Mei 1998, setelah beberapa minggu demonstrasi dan kekacauan politik yang meluas, Soeharto akhirnya mengundurkan diri dari kursi kepresidenan. Pengunduran diri ini menandai berakhirnya era Orde Baru dan membuka jalan bagi reformasi politik di Indonesia.
 6. Transisi Menuju Reformasi
Setelah kejatuhan Soeharto, Indonesia memasuki era reformasi yang ditandai dengan perubahan signifikan dalam struktur politik dan sosial. Reformasi ini mencakup desentralisasi kekuasaan, pembukaan ruang untuk demokrasi, dan pembenahan berbagai masalah terkait KKN.