Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kritik terhadap Buku Teks Pegangan Siswa dan Benarkah Lokalitas Kerap Dilupakan?

27 Agustus 2024   09:00 Diperbarui: 27 Agustus 2024   09:06 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku teks pegangan siswa adalah sumber belajar utama yang dirancang untuk membantu siswa memahami materi pembelajaran secara sistematis dan komprehensif. Buku ini biasanya disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku, mencakup berbagai konsep dan informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas.

Pentingnya buku teks dalam menunjang mutu pembelajaran tidak dapat diremehkan, karena buku teks menyediakan struktur dan kerangka kerja yang jelas bagi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan buku teks yang baik, siswa dapat belajar secara mandiri, memperkuat pemahaman mereka, dan mengakses materi pembelajaran yang berkualitas. Hal ini pada akhirnya mendukung pencapaian hasil belajar yang optimal dan memastikan keseragaman kualitas pendidikan di berbagai lingkungan pembelajaran.

Buku pegangan siswa saat ini sering menghadapi berbagai masalah yang mempengaruhi efektivitasnya dalam proses pembelajaran. Salah satu masalah utama adalah ketidakupdaten buku tersebut dengan perkembangan kurikulum dan ilmu pengetahuan terbaru. Banyak buku yang masih memuat informasi yang sudah tidak relevan atau kurang sesuai dengan standar pendidikan saat ini. 

Selain itu, ada juga masalah dengan kesesuaian materi yang kurang memperhatikan keragaman gaya belajar siswa, sehingga tidak semua siswa dapat memanfaatkan buku dengan optimal. Penggunaan bahasa yang terlalu kompleks atau terlalu sederhana juga dapat menjadi penghambat, karena tidak semua siswa dapat memahami materi dengan baik. 

Tak berhenti sampai disitu, buku pegangan sering kali minim dalam hal visualisasi dan interaktivitas, membuat siswa kurang tertarik dan sulit memvisualisasikan konsep-konsep yang dipelajari. Akhirnya, ada juga kendala distribusi, terutama di daerah terpencil, di mana siswa mungkin tidak memiliki akses yang memadai ke buku pegangan berkualitas, sehingga memperlebar kesenjangan dalam akses pendidikan.

Alur Penyusunan Buku Teks

Penyusunan buku teks pegangan siswa adalah proses yang melibatkan berbagai tahapan untuk memastikan buku tersebut berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Berikut adalah alur umum dalam penyusunan buku teks pegangan siswa serta hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Analisis Kebutuhan

  • Identifikasi Kurikulum: Penyusun buku teks harus memahami dan menganalisis kurikulum yang berlaku, termasuk kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran.
  • Profil Siswa: Memahami karakteristik siswa yang akan menggunakan buku, seperti usia, tingkat pemahaman, dan gaya belajar, untuk memastikan isi buku sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.

2. Perencanaan Isi Buku

  • Penentuan Materi: Menentukan materi yang akan dimasukkan dalam buku berdasarkan kurikulum, dengan mempertimbangkan urutan penyajian yang logis dan sistematis.
  • Struktur Buku: Merancang struktur buku, termasuk pembagian bab, subbab, dan penempatan elemen tambahan seperti latihan soal, ringkasan, dan evaluasi.
  • Pemilihan Sumber Referensi: Memilih dan mengumpulkan sumber referensi yang kredibel untuk mendukung keakuratan dan kelengkapan materi.

3. Penulisan Draf Buku

  • Penulisan Konten: Menulis teks dengan bahasa yang jelas, tepat, dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Penggunaan ilustrasi, grafik, dan diagram yang relevan juga perlu diperhatikan untuk membantu visualisasi konsep.
  • Pengembangan Latihan: Merancang latihan dan soal evaluasi yang bervariasi dan relevan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

4. Revisi dan Validasi

  • Review Internal: Melakukan review internal oleh tim penyusun untuk memastikan konten sesuai dengan kurikulum, mudah dipahami, dan bebas dari kesalahan.
  • Uji Validasi: Buku diuji oleh para ahli materi, guru, dan praktisi pendidikan untuk mendapatkan masukan terkait kelayakan materi dan kesesuaian dengan kebutuhan siswa.
  • Revisi: Melakukan revisi berdasarkan masukan dari proses validasi dan uji coba lapangan.

5. Desain dan Layout

  • Desain Visual: Mendesain tata letak buku, termasuk pemilihan font, warna, dan tata letak halaman yang menarik dan mendukung pembelajaran.
  • Ilustrasi: Menambahkan ilustrasi dan gambar yang relevan dan berkualitas tinggi untuk memperkuat pemahaman materi.

6. Produksi dan Distribusi

  • Produksi: Mencetak buku teks dalam jumlah yang dibutuhkan atau menyusun versi digital jika diperlukan.
  • Distribusi: Menyebarkan buku ke sekolah-sekolah atau melalui platform digital yang dapat diakses siswa dan guru.

7. Evaluasi dan Revisi Berkala

  • Evaluasi Penggunaan: Mengumpulkan umpan balik dari pengguna buku (guru dan siswa) untuk menilai efektivitas dan relevansi buku dalam proses pembelajaran.
  • Revisi Berkala: Melakukan revisi berkala sesuai dengan perubahan kurikulum, perkembangan ilmu pengetahuan, dan masukan dari pengguna.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan:

  • Kesesuaian dengan Kurikulum: Pastikan buku teks sepenuhnya selaras dengan kurikulum yang berlaku.
  • Keterbacaan dan Keterpahaman: Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan tingkat siswa.
  • Keberagaman Konten: Libatkan berbagai format pembelajaran seperti teks, gambar, dan latihan praktis untuk melayani berbagai gaya belajar.
  • Kredibilitas Sumber: Pastikan semua informasi yang dimasukkan dalam buku berasal dari sumber yang dapat dipercaya.
  • Pemenuhan Standar Pendidikan: Pastikan buku memenuhi standar nasional atau internasional yang berlaku untuk buku teks.

Proses ini memastikan bahwa buku teks yang dihasilkan tidak hanya informatif dan edukatif, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa secara efektif.

Lokalitas, Bagaimana Kabarnya dalam Sajian Buku Teks? Apa Benar kerap dilupakan?

Benar, lokalitas kerap dilupakan dalam buku teks pegangan siswa saat ini. Banyak buku teks disusun dengan pendekatan yang terlalu umum, sering kali mengabaikan konteks lokal yang penting untuk siswa. Misalnya, buku-buku tersebut cenderung mengabaikan kekayaan budaya, bahasa, lingkungan, dan pengalaman sehari-hari yang unik di berbagai daerah. 

Akibatnya, siswa mungkin merasa kesulitan menghubungkan materi yang dipelajari dengan realitas di sekitar mereka, yang dapat mengurangi minat dan pemahaman mereka terhadap pelajaran. Ketika lokalitas tidak diakomodasi, peluang untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam dan relevan bagi siswa juga terlewatkan. 

Padahal, dengan memasukkan unsur-unsur lokal, buku teks bisa menjadi lebih dekat dengan kehidupan siswa dan membantu mereka melihat bagaimana pengetahuan yang dipelajari dapat diaplikasikan dalam konteks kehidupan mereka sendiri.

Lokalitas yang dimaksud merujuk pada unsur-unsur atau karakteristik yang khas dan unik dari suatu daerah atau komunitas yang seharusnya diintegrasikan dalam materi buku teks pegangan siswa. Berikut adalah beberapa aspek lokalitas yang penting:

1. Budaya Lokal: Termasuk tradisi, adat istiadat, seni, dan bahasa daerah. Misalnya, memasukkan cerita rakyat, tarian, atau musik tradisional setempat sebagai bagian dari materi pembelajaran.

2. Bahasa dan Dialek: Menggunakan bahasa atau dialek setempat dalam contoh atau latihan, atau setidaknya memperkenalkan istilah-istilah lokal yang relevan.

3. Geografi dan Lingkungan: Mengaitkan materi dengan lingkungan alam dan geografis setempat, seperti gunung, sungai, dan jenis tanaman atau hewan yang hanya ada di daerah tersebut. Ini membantu siswa memahami konsep-konsep ilmiah dalam konteks yang dekat dengan mereka.

4. Ekonomi dan Pekerjaan Lokal: Memperkenalkan jenis pekerjaan atau kegiatan ekonomi yang dominan di daerah tersebut, seperti pertanian, perikanan, atau kerajinan tangan, dan mengaitkannya dengan konsep-konsep ekonomi yang dipelajari.

5. Sejarah Lokal: Menyertakan sejarah lokal, tokoh-tokoh penting dari daerah tersebut, dan peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di wilayah setempat untuk memberikan siswa perspektif sejarah yang lebih kaya dan kontekstual.

6. Isu Sosial dan Lingkungan Lokal: Menggunakan contoh-contoh isu sosial atau lingkungan yang relevan dengan daerah tersebut, seperti masalah polusi di kota besar atau tantangan pertanian di pedesaan, untuk membahas konsep-konsep sosial dan lingkungan.

Dengan memasukkan unsur-unsur lokalitas ini, buku teks dapat menjadi lebih relevan dan menarik bagi siswa, serta membantu mereka mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari mereka sendiri. 

Maka dari itu, diperlukan kebijakan oleh pemerintah untuk menunjuk masing-masing daerah agar dapat menerbitkan sendiri buku teks yang sesuai dengan kultur daerah peserta didik sehingga pada saat diterapkan pembelajaran, peserta didik dapat merasakan dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran tanpa harus menerka-nerka sendiri tentang objek yang sebelumnya tak pernah mereka temui.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun