Proses Hukum yang Lambat dan Berbelit:
Proses hukum yang panjang dan birokratis sering kali mengakibatkan penundaan dalam penyelesaian kasus korupsi. Ini juga memberikan kesempatan bagi pelaku untuk memanipulasi sistem dan menghindari hukuman.
Kurangnya Penegakan Hukum yang Konsisten:
Penegakan hukum yang tidak konsisten, di mana beberapa kasus ditangani dengan serius sementara yang lain diabaikan atau diperlakukan dengan lunak, menurunkan kepercayaan publik terhadap sistem hukum dan memberikan sinyal bahwa korupsi dapat diterima.
Tekanan dari Kelompok Kepentingan:
Kelompok kepentingan yang kuat, termasuk perusahaan besar dan jaringan politik, sering kali memberikan tekanan kepada aparat penegak hukum untuk tidak mengusut atau menghentikan kasus korupsi yang melibatkan mereka.
Pendidikan dan Kesadaran Hukum yang Rendah:
Tingkat pendidikan dan kesadaran hukum yang rendah di kalangan masyarakat juga berkontribusi terhadap tingginya kasus korupsi. Masyarakat yang tidak memahami hak dan kewajibannya cenderung kurang kritis dan tidak proaktif dalam melaporkan atau mencegah korupsi.
Penanganan masalah ini memerlukan reformasi menyeluruh dan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga penegak hukum, dan masyarakat luas.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H