Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Yang Tak Banyak Orang Tahu dari Gembar-Gembor Mobil Listrik di Indonesia

3 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   18:31 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mobil listrik mulai masuk ke Indonesia sebagai bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan. 

Sejarah masuknya mobil listrik di Indonesia dapat ditelusuri kembali ke awal 2010-an, ketika beberapa pabrikan mobil global mulai memperkenalkan teknologi kendaraan listrik ke pasar Indonesia.

Salah satu momen penting adalah pada tahun 2012, ketika Nissan Leaf, salah satu mobil listrik produksi massal pertama di dunia, diperkenalkan di Indonesia. 

Pemerintah Indonesia mulai memperlihatkan dukungan yang lebih nyata terhadap pengembangan mobil listrik sekitar tahun 2019. Pada tahun tersebut, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden No. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. 

Regulasi ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan dan adopsi kendaraan listrik di Indonesia, termasuk insentif pajak, pengembangan infrastruktur pengisian daya, dan dorongan bagi industri lokal untuk memproduksi kendaraan listrik.

Seiring berjalannya waktu, beberapa produsen otomotif lokal dan asing mulai meningkatkan investasi mereka di sektor kendaraan listrik di Indonesia. 

Misalnya, Hyundai Motor Company meresmikan pabrik kendaraan listrik pertamanya di Indonesia pada tahun 2020, menandai komitmen jangka panjang mereka di pasar Asia Tenggara.

Selain itu, upaya dari pemerintah dan sektor swasta untuk mengembangkan infrastruktur pengisian daya juga semakin intensif. Berbagai perusahaan energi, seperti PLN, mulai membangun stasiun pengisian kendaraan listrik di berbagai kota besar untuk mendukung adopsi mobil listrik yang lebih luas.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa Indonesia semakin serius dalam mengadopsi teknologi mobil listrik, baik dari segi regulasi, infrastruktur, maupun kolaborasi dengan produsen kendaraan global.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendorong penggunaan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan di masa depan.

Produksi bahan bakar mobil listrik, khususnya baterai berbasis nikel, di Indonesia memiliki sejarah yang berkaitan erat dengan sumber daya mineral yang melimpah di negara ini.

Nikel adalah salah satu komponen utama dalam produksi baterai lithium-ion yang digunakan dalam mobil listrik. Berikut adalah penjelasan mengenai awal mula produksi dan daerah penghasil nikel di Indonesia.

Awal Mula Produksi Bahan Bakar Mobil Listrik di Indonesia

Indonesia mulai menaruh perhatian serius pada produksi baterai untuk mobil listrik sekitar akhir 2010-an. Seiring dengan meningkatnya permintaan global untuk kendaraan listrik, Indonesia melihat peluang besar dalam industri ini karena memiliki cadangan nikel yang sangat besar, salah satu yang terbesar di dunia. 

Langkah signifikan dimulai pada tahun 2019 ketika pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

Peraturan ini mendorong investasi dalam industri baterai dan kendaraan listrik, baik dari perusahaan domestik maupun asing. Salah satu perusahaan yang terlibat adalah PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), yang bekerja sama dengan beberapa mitra internasional untuk membangun fasilitas produksi baterai.

Pada tahun 2020, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan perusahaan dari Korea Selatan dan China untuk mengembangkan pabrik produksi baterai di berbagai lokasi strategis.

Daerah Penghasil Nikel di Indonesia

(cnbcindonesia.com)
(cnbcindonesia.com)

Indonesia memiliki beberapa daerah yang dikenal sebagai penghasil nikel utama, antara lain:

1) Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara:

Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah dan Kabupaten Konawe di Sulawesi Tenggara adalah dua daerah penghasil nikel terbesar di Indonesia. Morowali, khususnya, menjadi pusat kegiatan industri terkait nikel dengan kehadiran PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang memproses bijih nikel menjadi produk yang lebih bernilai.

2) Maluku Utara:

Pulau Halmahera di Maluku Utara juga merupakan sumber nikel yang signifikan. Di sana, beberapa perusahaan tambang telah beroperasi dan menghasilkan nikel dalam jumlah besar untuk diekspor maupun diolah lebih lanjut di dalam negeri.

3) Sulawesi Selatan:

Luwu Timur di Sulawesi Selatan adalah daerah lain yang memiliki cadangan nikel penting. Perusahaan tambang di wilayah ini telah beroperasi selama bertahun-tahun, menyumbang signifikan terhadap produksi nikel nasional.

Pengembangan industri baterai dan pengolahan nikel di Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisi negara ini sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan global kendaraan listrik.

Pemerintah dan sektor swasta terus bekerja sama untuk membangun infrastruktur yang diperlukan serta memastikan bahwa pengelolaan sumber daya alam ini dilakukan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Penerapan mobil listrik di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang mungkin tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum. Berikut adalah beberapa masalah yang dihadapi:

1. Infrastruktur Pengisian Daya yang Terbatas

Kurangnya Stasiun Pengisian: Meskipun ada upaya untuk membangun lebih banyak stasiun pengisian daya, jumlahnya masih sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan yang ada. Ini membuat pengguna mobil listrik kesulitan menemukan tempat untuk mengisi daya, terutama di daerah-daerah di luar kota besar.

Waktu Pengisian yang Lama: Proses pengisian daya mobil listrik bisa memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan pengisian bahan bakar konvensional. Stasiun pengisian cepat juga masih belum tersebar luas.

2. Biaya Awal yang Tinggi

Harga Mobil: Mobil listrik cenderung lebih mahal dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran internal. Ini bisa menjadi hambatan bagi konsumen untuk beralih ke kendaraan listrik.

Biaya Infrastruktur Pribadi: Memasang unit pengisian daya di rumah membutuhkan biaya tambahan yang tidak sedikit.

3. Produksi dan Pengelolaan Baterai

Dampak Lingkungan: Proses penambangan nikel dan produksi baterai memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Pengelolaan limbah baterai juga menjadi masalah serius, karena baterai bekas harus didaur ulang dengan cara yang aman untuk menghindari pencemaran.

Keterbatasan Teknologi Daur Ulang: Teknologi daur ulang baterai yang efisien dan ramah lingkungan masih dalam tahap pengembangan dan belum tersedia secara luas di Indonesia.

4. Regulasi dan Kebijakan

Insentif yang Belum Merata: Meskipun ada insentif dari pemerintah untuk pembelian dan penggunaan mobil listrik, penerapannya masih belum merata di seluruh daerah. Selain itu, kebijakan tersebut masih terus berkembang dan kadang kurang jelas.

Peraturan Infrastruktur: Beberapa peraturan terkait pembangunan infrastruktur pengisian daya masih kurang jelas dan dapat menghambat investasi.

5. Kesadaran dan Penerimaan Publik

Pengetahuan Masyarakat: Banyak masyarakat yang masih kurang paham mengenai manfaat dan cara kerja mobil listrik. Edukasi tentang keuntungan dan penggunaan mobil listrik masih perlu ditingkatkan.

Kekhawatiran Praktis: Ada kekhawatiran mengenai jangkauan perjalanan mobil listrik (range anxiety) dan ketersediaan layanan purna jual.

6. Ketergantungan pada Impor

Komponen Baterai: Banyak komponen penting dari baterai mobil listrik masih harus diimpor. Hal ini membuat industri dalam negeri rentan terhadap fluktuasi harga dan ketersediaan pasokan global.

Teknologi dan Sumber Daya: Pengembangan teknologi dan sumber daya manusia di bidang kendaraan listrik masih memerlukan waktu dan investasi besar untuk mencapai kemandirian.

7. Keberlanjutan dan Keandalan Listrik

Sumber Listrik: Mayoritas listrik di Indonesia masih berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Ini mengurangi manfaat lingkungan dari penggunaan mobil listrik.

Stabilitas Pasokan Listrik: Di beberapa daerah, pasokan listrik masih belum stabil. Hal ini bisa menjadi kendala bagi pengguna mobil listrik yang membutuhkan akses listrik yang konsisten untuk mengisi daya kendaraan mereka.

Mengatasi berbagai tantangan ini memerlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem yang mendukung dan berkelanjutan bagi mobil listrik di Indonesia.

#SalamLiterasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun