Sir Alex Ferguson, legenda sepakbola dan salah satu manajer terbesar sepanjang masa, lahir pada 31 Desember 1941 di Govan, Glasgow, Skotlandia. Masa muda Ferguson terjadi di lingkungan yang keras di Glasgow selama masa pascaperang. Ayahnya bekerja sebagai buruh dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Seperti kebanyakan anak-anak di lingkungannya, Ferguson tumbuh dalam keadaan yang kurang mampu.
Dalam usia muda, Ferguson menunjukkan minat yang besar dalam sepakbola. Dia bergabung dengan klub muda Queen's Park pada usia remaja sebelum kemudian bermain untuk klub St. Johnstone dan Dunfermline Athletic sebagai pemain profesional. Meskipun karirnya sebagai pemain tidak mencapai puncak yang sama seperti karirnya sebagai manajer, namun pengalamannya sebagai pemain membentuk pemahamannya tentang permainan sepakbola.
Selama masa muda dan karir awalnya sebagai pemain, Ferguson juga menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan ambisi yang besar. Dia menjadi pelatih pemain muda setelah mengalami cedera yang mengakhiri karirnya sebagai pemain dan kemudian berangkat ke jalur manajerial. Masa muda Ferguson, yang penuh dengan tantangan dan perjuangan, memberikan fondasi yang kuat bagi kepribadiannya yang tangguh, ketahanan yang tinggi, dan komitmen yang tak tergoyahkan yang menjadi kunci kesuksesannya di dunia sepakbola.
Perjalanan Karir Luar Biasa Fergie
Proses karier Sir Alex Ferguson dari awal hingga pensiun merupakan perjalanan yang penuh dengan prestasi, tantangan, dan transformasi. Setelah mengalami karier yang cukup sukses sebagai pemain sepakbola di Skotlandia, Ferguson beralih ke jalur manajerial. Setelah beberapa pengalaman awal yang beragam di beberapa klub kecil, Ferguson akhirnya mendapatkan kesempatan besar saat ditunjuk sebagai manajer Aberdeen pada tahun 1978.
Di Aberdeen, Ferguson mencatat sejumlah prestasi yang mengesankan, termasuk memenangkan Liga Skotlandia, Piala Skotlandia, dan bahkan Piala Winners UEFA pada tahun 1983, mengalahkan Real Madrid dalam final. Kesuksesan ini menarik perhatian Manchester United, salah satu klub terbesar di Inggris, yang kemudian menunjuk Ferguson sebagai manajer mereka pada tahun 1986.
Proses adaptasi awal Ferguson di Manchester United tidaklah mudah, tetapi dengan dedikasi, ketekunan, dan kecerdasannya, dia mulai mengubah nasib klub yang pada saat itu berada di bawah bayang-bayang rivalnya, Liverpool. Setelah beberapa musim yang menantang, Ferguson meraih kesuksesan pertamanya dengan memenangkan Piala FA pada tahun 1990. Dari sinilah, dimulailah era dominasi Manchester United di era Premier League.
Ferguson membangun tim yang luar biasa, memenangkan sejumlah gelar Liga Premier, Piala FA, Piala Liga, dan Liga Champions. Di bawah kepemimpinannya, Manchester United tidak hanya menjadi kekuatan di Inggris, tetapi juga di Eropa. Tidak hanya sebagai manajer, Ferguson juga dikenal karena kemampuannya dalam mengembangkan bakat-bakat muda, seperti Ryan Giggs, David Beckham, Paul Scholes, dan Cristiano Ronaldo.
Pada 2013, setelah 27 tahun memimpin Manchester United, Ferguson mengumumkan pensiunnya sebagai manajer. Dia meninggalkan warisan yang tak terbantahkan di dunia sepakbola, dengan total 38 gelar yang dimenangkan selama karier manajerialnya, termasuk 13 gelar Liga Premier. Karier Sir Alex Ferguson dari awal hingga pensiunnya bukan hanya tentang kesuksesan, tetapi juga tentang dedikasi, ketahanan, dan komitmen yang luar biasa yang telah menginspirasi jutaan penggemar sepakbola di seluruh dunia.
Gaya bermain khas sir alex ferguson dan alasan munculnya istilah fergie time
Gaya bermain khas Sir Alex Ferguson terkenal dengan kombinasi antara semangat, mentalitas juara, dan keberanian dalam menghadapi tekanan. Sebagai seorang manajer yang sangat berpengalaman, Ferguson memiliki kemampuan untuk memotivasi pemainnya secara emosional dan taktis untuk memberikan yang terbaik dalam setiap pertandingan. Beberapa ciri khas dari gaya bermainnya adalah:
Tekanan Tinggi: Tim-tim yang dilatih oleh Ferguson sering kali menekan lawan dengan intensitas tinggi, terutama saat mencari gol penentu dalam fase-fase akhir pertandingan. Mereka akan berusaha memaksa lawan untuk membuat kesalahan dengan tekanan yang konsisten dan agresif.
Mentalitas Menyerang: Ferguson dikenal karena membangun tim-tim yang selalu mencari gol dan bermain dengan semangat menyerang, terutama ketika mereka membutuhkan gol dalam situasi-situasi krusial. Timnya tidak pernah menyerah bahkan dalam situasi tertinggal, dan sering kali mampu mencetak gol kemenangan dalam menit-menit akhir pertandingan.
Rotasi dan Fleksibilitas Taktis: Ferguson memiliki kemampuan untuk mengubah taktik dan formasi timnya sesuai dengan lawan yang dihadapi dan keadaan pertandingan. Dia tidak ragu untuk melakukan perubahan pemain atau strategi dalam pertandingan untuk mencari keunggulan.
Karakter Pemain: Ferguson memilih pemain yang memiliki karakter tangguh dan mentalitas juara. Pemain-pemainnya selalu diinstruksikan untuk bertarung sampai akhir dan tidak pernah menyerah, terlepas dari situasi pertandingan.
Alasan munculnya istilah "Fergie Time" berasal dari kecenderungan tim Manchester United yang sering kali mencetak gol di menit-menit akhir pertandingan. Seiring berjalannya waktu, kejadian ini menjadi semacam "keajaiban" yang dihubungkan dengan kemampuan mental dan semangat juara yang dimiliki oleh tim asuhan Ferguson
Salah satu pertandingan yang sering dikutip sebagai bukti adanya "Fergie Time" adalah final Liga Champions UEFA tahun 1999 antara Manchester United dan Bayern Munich. Pertandingan ini berlangsung di Stadion Camp Nou, Barcelona, pada 26 Mei 1999.
Manchester United tertinggal 0-1 dari Bayern Munich setelah gol Mario Basler pada menit ke-6. Namun, meskipun bermain dengan sejumlah pemain cedera, Manchester United terus menyerang dalam upaya untuk mencari gol penyama kedudukan. Namun, hingga menuju ke menit-menit akhir pertandingan, tampaknya Bayern Munich akan meraih kemenangan.
Namun, pada menit ke-90, Manchester United mendapat tendangan sudut yang diambil oleh David Beckham. Tendangan sudut ini berhasil disambut oleh Teddy Sheringham, yang mencetak gol penyama kedudukan. Meskipun waktu tambahan hanya tersisa beberapa menit, Manchester United tidak puas dengan hasil imbang dan terus menekan.
Kemudian, di menit ke-93, Beckham kembali mengambil tendangan sudut. Bola kemudian disundul oleh Ole Gunnar Solskjaer, yang mencetak gol kemenangan bagi Manchester United. Gol ini terjadi sangat dekat dengan waktu akhir pertandingan, sehingga menciptakan kesan bahwa "Fergie Time" telah berlaku, di mana Manchester United mampu mencetak gol kemenangan di menit-menit tambahan.
Kemenangan dramatis ini membuat Manchester United meraih treble winner pada musim tersebut, dengan berhasil memenangkan Liga Premier, Piala FA, dan Liga Champions UEFA. Pertandingan final Liga Champions 1999 ini tetap menjadi salah satu momen terbesar dalam sejarah klub, dan sering kali dikutip sebagai contoh dari kegigihan dan ketahanan mental yang ditunjukkan oleh tim di bawah kepemimpinan Sir Alex Ferguson.
#SalamLiterasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI