Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sejarah Berkompromi di Meja Makan Para Pemimpin Dunia

4 November 2023   22:00 Diperbarui: 4 November 2023   22:36 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal-hal unik kembali terjadi menjelang diadakannya pesta akbar pemilihan umum presiden Republik Indonesia pda 2024 mendatang. Kali ini datang dari sang Presiden Joko Widodo yang secara terbuka mengadakan pertemuan santai dengan tiga pasang calon presiden yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. 

Pertemuan yang diadakan di Istana Merdeka pada 30 Oktober 2023 lalu. Memenuhi undangan pak Presiden, ketiga orang calon presiden terpilih tersebut kompak mengenakan pakaian kemeja motif batik dengan style dan pembawaan masing-masing. Jika melihat secara tampak mata, pertemuan yang diadakan oleh bapak Presiden Jokowi dengan para kontestan pilpres tersebut tak lain ingin memberitahukan bahwa posisi Jokowi saat pilpres nanti adalah netral.

Netral yang dimaksud di sini adalah bahwa Jokowi tetap tak memihak salah satu paslon dengan tetap mengundang ketiga-tiganya walau ada sang anak yang jugaa ikut serta sebagai salah satu kontestan pilpres pada 2024 mendatang yakni sebagai calon wakil presiden Bapak Prabowo Subianto. Selain itu, ada pula hal kontroversi yang masih tersimpan di balik kata netral yang muncul pasca pertemuan Joko Widodo pasca mengundang makan para kontestan pilpres tersebut.

Hal tersebut tak lain yakni kontroversi dari putusan MK yang justru memberikan kesempatan bagi sang anak yakni Gibran untuk ikut serta mencalonkan diri sebagai wakil presiden republik Indonesia mendampingi Bapak Prabowo Subianto. Sebagai masyarakat awam tentu hal tersebut adalah yang baru bagi rekam jejak prpolitika Indonesia saat ini. 

Bahwasannya di tengah kisruh politik dinasti yang banyak ditemukan praktiknya di beberapa daerah di Indonesia saat ini. Justru, muncuk kebijakan baru yang memperbolehkan Gibran maju sebagai calon wakil presiden pada pilpres 2024 mendatang. Namun, ada harapan juga dari pencalonan tersebut. Salah satunya adalah partisipasi dan peran serta keterlibatan generasi muda yang punya hak untuk membangun peradaban bangsa dan negara dari bidang pemerintahan dan negara. 

Lantas, apakah politik meja makan yang dilakukan oleh Jokowi beberapa waktu lalu hanya terjadi di Indonesia saja? Apakah di negara lain juga pernah terjadi sampai saat ini?

(https://kabar24.bisnis.com/read/20180306/19/746550/pertemuan-kim-jong-un-utusan-presiden-korsel-bawa-pesan-perdamaian)
(https://kabar24.bisnis.com/read/20180306/19/746550/pertemuan-kim-jong-un-utusan-presiden-korsel-bawa-pesan-perdamaian)

Sejarah politik meja makan merujuk pada praktik negosiasi politik yang terjadi di antara pemimpin-pemimpin atau negosiator-negosiator di meja makan atau suasana santai sejenisnya. Beberapa pertemuan politik penting sepanjang sejarah telah terjadi di meja makan, tempat di mana keputusan-keputusan penting kadang-kadang diambil dalam suasana yang lebih informal dan santai. Berikut adalah beberapa contoh terkenal dari sejarah politik meja makan di dunia:

Konferensi Meja Makan Potsdam (1945): Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pemimpin-pemimpin dunia, termasuk Winston Churchill dari Inggris, Harry S. Truman dari Amerika Serikat, dan Josef Stalin dari Uni Soviet, bertemu di Konferensi Potsdam. Beberapa pertemuan dan pembicaraan penting terjadi di sekitar meja makan selama konferensi ini.


Konferensi Meja Makan Yalta (1945): Sebelum Konferensi Potsdam, pemimpin-pemimpin sekutu, termasuk Franklin D. Roosevelt dari Amerika Serikat, Winston Churchill dari Inggris, dan Josef Stalin dari Uni Soviet, bertemu di Yalta, Krimea. Mereka membahas rencana untuk pembagian pasca perang Eropa dan Asia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun