Hidup di zaman serba modern dan digital saat ini tentunya menuntut setiap orang untuk dapat selalu beradaptasi dengan segala perubahahan dan perkembangan yang menyertainya. Tak terkecuali bagi generasi muda atau anak-anak kelahiran tahun 2000-an.
Tantangan yang paling terasa bukan hanya soal kematangan mental serta bekal kualitas yang siap guna melainkan juga hal-hal lain seperti kesiapan finansial, kematangan berpikir, bijak dalam mengambil keputusan dan masih banyak lagi. Tentu dibutuhkan persiapan dan kesiapan dalam hal memelajari segala hal yang kiranya diperlukan untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Jika Mengacu pada teori empirisme yang pernah diutarakan oleh seorang filsuf asal Inggris bernama John Locke. Ia menyatakan bahwa, perkembangan seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh segala pengalaman yang diperolehnya sejak ia lahir hingga ia tumbuh dewasa.Pendapat lain juga disampaikan oleh Jean Jacques Rousseau yang menyatakan bahwa semua anak adalah baik ketika baru datang dari tangan sang pencipta, namun semua menjadi buruk dan rusak akibat campur tangan atau intervensi tangan manusia. Aliran ini sebenarnya mengandung pandangan negativisme, yang mana dalam tahap perkembangan anak sejak lahir. Peran manusia atau dalam hal ini pendidik tak terlalu dibutuhkan melainkan anak akan dibiarkan memilih jalan hidupnya sesuai dengan tuntutan lingkungan serta faktor natural yang menyertainya.
Dari dua pandangan di atas, dapat kita telaah berasam bahwa pada hakikatnya setiap orang memiliki hak untuk memilih dan menentukan perjalanan hidupnya. Proses panjang dari perjalanan hidup yang baik tentu dipengaruhi oleh proses melalui pengalaman hidup yang variatif. Pengalaman yang baik, kesedihan, penderitaan, kegalauan, kegelisahan, amarah, hingga keterlibatan berbagai perasaan emosional akan memengaruhi  perjalanan hidup seseorang.
Selain itu, maksud dari kata "dibiarkan" bukan berarti seorang anak akan dilepas begitu saja dalam memilih dan menentukan masa depannya. Melainkan orang tua memilik kewajiban untuk memfasilitasi serta mengarahkan anak ke arah yang lebih baik untuk masa depannya, namun dengan catatan orang tua juga perlu memahami minat serta kecenderungan motivasi anak dalam memilih jalan hidupnya.
Uraian di atas memberikan gambaran umum kepada kita, bahwa dalam menerapkan pengajaran dan pengarahan terhadap anak selaku generasi muda untuk siap berkarir dan berkarya di masa depan dibutuhkan bekal mentall dan spiritual, serta persiapan eksternal lainnya yang diperlukan di masa yang akan datang.
Â
Bahkan secara jelas Islam juga memberikan pandangan yang komprehensif terhadap perkembangan manusia, Q.S. An-Nahl: 78 misalnya secara tegas menyampaikan bahwa, Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan yang tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberik kamu pendengaran, pengelihatan, dan hati, agar kamu besyukur."Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan senantiasa membutuhkan pengalaman demi bisa lebih siap menjalani kehidupan di masa yang akan datang, dan tentunya ada banyak sekali tantangan kehidupan di masa yang akan datang yang sejak  sekarang harus dipikirkan oleh para generasi muda agar segala persiapan dapat diupayakan mulai dari sekarang. Lalu, apa saja tantangan tersebut?
Modernisasi dan Globalisasi
Peran modernisasi dan globalisasi di era saat ini telah membawa banyak perubahan kepada masyarakat khususnya di Indonesia. Mulai dari digitalisasi di bidang pelayanan publik, perbankan, perdagangan, layanan dan jasa, hingga bidang pendidikan tak luput dari intervensi digital. Semua itu dilakukan demi satu tujuan yakni memberikan kemudahan kepada masyarakat.
Â
Jika dilihat dari segi kepraktisan, memang terobosan yang dilakukan dirasakan cukup membantu dan memudahkan aktivitas masayarakat. Namun yang harus diperhatikan, kemudahan yang ditawarkan harus sejalan dengan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni sehingga dalam penerapannya dapat berjalan optimal dan sesuai dengan harapan.Di situlah masalahanya, tumpang tindih beragam kepentingan dan kurang meleknya masyarakat termasuk generasi muda dirasa dapat menjadi masalah laten yang menghambat peran modernisasi untuk memudahkan aktivitas masyarakat.
Contoh nyata di berbagai sektor semisal pendidikan, berbagai hambatan yang ditemukan dalam sektor pendidikan salah satunya kurang efektifnya penggunaan media digital di ruang kelas. Keengganan menggunakan media digital akan semakin mempersempit dan mengurangi keluwesan guru dalam memilih dan menerapkan metode mengajar di kelas sehingga hal tersebut berdampak pada kurang antusiasnya peserta didik dalam proses pembelajaran.
Linieritas Bukan Lagi Prioritas
Di zaman serba praktis serta digital saat ini tentu ragam inovasi terus bermunculan. Salah satunya di bidang perdagangan, layanan, dan jasa. Banyak para pengembang menawarkan produsen untuk mau mencoba kolaborasi dengan pihak pengembang dalam upaya membantu mempromosikan barang dan jasa.
Â
Maka dari itu, dibutuhkan pengetahuan lebih dari produsen untuk tidak hanya mampu menyediakan barang atau jasa yang berkualitas untuk ditawarkan melainkan juga perlu memahami dan memelajari strategi pemasaan, memelajari keadaan lingkungan masyarakat sekitar, bahkan penguasaan terhadap bahasa asing juga terkadang dibutuhkan agar proses promosi dapat berlangsung mudah serta cakupan yang luas.Di sektor pendidikan, anda yang masih menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan diharapkan dapat memelajari serta memahami keterampilan-keterampilan lain selain mengajar.
Misalnya, kita yang berprofesi sebagai guru dapat mulai untuk memelajari dan menekuni komputerisasi atau jaringan, atau kita dapat belajar secara otodidak tentang teknis perbukuan dan korespondensi agar kita dapat mengerjakan suatu tugas di tempat kerja dengan lebih optimal.
Dunia Kerja yang kian Kompetitif
Munculnya  slogan Indonesia menuju generasi emas tahun 2045 agaknya bukan sekedar slogan semata. Itu merupakan sebuah cita-cita yang kemungkinan dapat terwujud apabila kita mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari. Persaingan di level dunia kerja saat ini memang begitu masif.
Â
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja  aktif di Indonesia hingga Agustus 2021 mencapai angka 140,15 juta orang, naik sekitar 1,93 juta pada Agustus setahun sebelumnya. Rincian lain menyatakan jika jumlah pekerja informal berjumlah 77.91 juta orang (59,45%) sedangkan jumlah pekerja komuter menapai angka 7,34 juta orang pad abulan Agustus 2021. Sementara tingkat pengangguran di Indonesia menembus angka presentase sebesar 6,49%. Dari data tersebut, dpat kita spekulasikan jika setiap tahun kita selalu dimunculkan pada realitas persaingan dalam dunia kerja.Banyaknya kompetitor-kompetitor dalam dunia kerja menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh siapapun. Kompetitor lokal maupun asing sudah semakin siap untuk dapat berkarir di Indonesia. Maka dari itu, kita dituntut untuk terus giat dalam belajar dan senantiasa meningkatkan kualitas diri baik  spiritual, kompetensi, dan keterampilan lainnya.
Ketahanan Mental dan Ideologi
Â
Seiring ketatnya persaingan yang memaksa di dunia kerja. Generasi muda kerap dihadapkan pada situasi pelik kala harus memikirkan bagaimana bersaing dengan kompetitor kerja juga harus memikirkan nasib ia kelak ke depan. Akibatnya, banyak generasi muda saat ini kerap terjebak dalam situasi mementingkan diri sendiri atau individualis. Akibat jangka panjang yang ditimbulkan yakni konflik dan perpecahan dalam kelompok kerja.Selain itu, radikalisme juga dapat merasuki banyak pikiran generasi muda, karena persaingan yang muncul rasa skeptis dan curiga kian menguat dan mengkristal sehingga rasa mau menang sendiri dan melupakan teamwork semakin menjadi.
Pengembangan SDM dan Infrastruktur yang ramah  lingkungan
Â
Pekerjaan rumah besar dari pemerintah adalah membantu mempersiapkan generasi muda yang berkualitas. Maka dari itu, pengembangan dan peningkatan kualitas SDM harus dilakukan masif dan sejak jauh-jauh hari.Pemerintah perlu mengadakan kolaborasi dan sosialisasi maksimal dalam memfasilitasi warga masyarakatnya agar mau belajar untuk dapat meningkatkan kompetensi diri. Selain itu, pengebutan pembangunan infrastruktur juga perlu diupayakan secara optimal.
Pembangunan akses jalan, memperbanyak layanan transportasi publik, serta penyediaan lapangan kerja yang layak menjadi janji manis yang harus diwujudkan oleh pemerintah.
Kemudian yang terpenting, sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi keanekaragaman alam sebagai sumber penghidupan, kita harus bisa menjaga kualitas sumber daya alam serta kondisi lingkungan agar kelak kita dapat bertahan hidup tanpa harus diluluh-lantahkan dengan bencana alam akibat keserakahan kita sendiri kepada alam.
Itulah beberapa tantang besar yang mungkin tidak hanya nanti, sekarang pun sudah kita hadapi di era modern saat ini. Maka dari itu, mari sebagai masyarakat Indonesia kita bersama-sama mempersiapkan bekal kualitas yang cukup agar ke depan kita bersama-sama mampu membangun negera Indonesia lebih baik dan sejahtera.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H