Jika kita mencoba menganalisis sebab utama dari anjloknya performa Leicester musim ini. Tentu tak dapat kita lepaskan dari efek pandemi yang beberapa tahun terakhir membuat beberapa tim Liga Inggris mengalami masalah keuangan.Â
Tak terkecuali bagi the foxes. Tim yang pernah menembus perempat final Liga Champions musim 2017 itu harus mengalami masalah ketidakstabilan keuangan klub dalam kurun waktu sejak 2021 lalu.Â
Sponsorship klub yakni King Power yang memiliki basis bisnis di bidang pariwisata harus mengalami kerugian yang cukup besar selama masa pandemi.Â
Alhasil, pemasukkan klub kian menurun tiap musimnya. Tak hanya itu, buruknya manajemen keuangan dalam klub juga berdampak pada kerugian klub yang mencapai 120 juta poundsterling atau setara 2 trilliun rupiah selama pandemi.
Dengan keadaan tersebut, ternyata berimbas pada kemampuan transfer klub yang tak mampu merekrut pemain jempolan demi mampu mendongkrak performa tim.Â
Nama-nama macam Wilfred Ndidi, James Maddison, Nempalis Mendy, P. Daka, David Amartey, hingga Kielichi Iheanacho tak sanggup berbicara banyak di musim ini.Â
Lebih parahnya lagi, Leicester yang mendatangkan pemain dengan dana seadanya musim ini justru sembrono dalam mendatangkan pemain.Â
2. Faktor Usia dan Hilangnya Pemain kunci
Hilangnya para pemain kunci akibat kebijakan transfer ternyata berdampak panjang pada stabilitas dan kedalaman skuad dari Leicester. Belum lagi beberapa pemain inti alumni juara Liga Inggris 2016 sudah memasuki usia senja.Â
Nama-nama pemain seperti Riyad Mahrez harus dijual ke Manchester City, Danny Drinkwater dan Ben Chilwell yang ditebus Chelsea, Ngolo Kante yang menjadi pemain kunci Chelsea pasca kepindahannya pada 2017 silam, Sinji Okazaki yang hijrah ke Liga Spanyol, Harry Maguaire yang dibajak Manchester United, hingga Casper Schmeichel yang saat ini berkostum Nice.Â
Selain masalah kebijakan transfer, nama-nama macam Jamie Vardy, Albrighton, Wes Morgan, Robert Huth, dan Cristian Fuch yang usianya sudah tak lagi muda.Â