Ya! itu yang terjadi antara Ram seorang guru seni dan Ishan, seorang anak yang mempunyai gangguan Dyslexia. Ram adalah guru yang dapat memahami setiap sifat anak muridnya, termasuk Ishan yang menjadi perhatian utamanya.Â
Ram tertarik dengan kehidupan Ishan, mempelajari gaya belajarnya, mengapa ia bisa menjadi seperti itu? Apa yang salah? Ram takut Ishan akan tenggelam. Mendatangi rumah Ishan dan menanyakan kepada orangtuanya bagaimana sosok Ishan sebenarnya adalah strategi yang dilakukan Ram.Â
Ram memahami bahwa orangtuanya sangat terobsesi pada kompetisi bersaing, dimana setiap orang harus menjadi juara dan pemenangnya, memaksa anaknya menanggung beban ambisi menjadi seorang juara, itulah yang dirasakan Ishan. Ram menegaskan bahwa setiap anak mempunyai kemampuan dan bakat yang berbeda, Ishan memiliki cara berpikir dan mimpi yang unik, dia memiliki kemampuan melukis yang hebat jauh dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Ikhlas, berempati dan bersimpati, kehangatan, jujur, dan bertanggung jawab itu adalah karakteristik dari hubungan teurapetik yang telah diimplementasikan oleh Ram seorang guru seni. Mencoba memasuki dunianya, Ram mencoba mengisahkan kisah Ishan dihadapan kelas, dan Ishan merasa ketakutan apa yang akan terjadi selanjutnya.Â
Ternyata apa yang dikisahkan oleh Ram adalah Albert Einstein, Leonardo Da Vinci, Thomas Alva Edison. Yaitu sesosok tokoh yang menghebohkan dunia dengan penemuannya, lelaki hebat, jenius, brilian, yang juga tidak bisa membaca dan menulis sama seperti Ishan.Â
Itulah motivasi yang diberikan oleh Ram, tidak hanya memberi motivasi, Ram juga mengajari Ishan membaca dan menulis sedikit demi sedikit sampai terjadi perubahan yang drastis oleh Ishan. Sampai akhirnya Ishan menjadi pemenang juara I lomba melukis, menyaingi guru-gurunya, mendapatkan nilai raport yang memuaskan dan membuat orangtua bangga dengannya.Â
Apa yang ditanamkan Ram adalah bahwa kepedulian, sebuah empati dan simpati dapat mengobati luka, pelukan, ciuman, ucapan kasih sayang pada seorang anak itu sangat penting, tak peduli dimana kegagalan menghampirimu sebagai orangtua, guru, maupun seorang teman, kita harus selalu ada untuknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI