Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Akademisi ialah yang membumikan literasi.bukan pandai bernarasi basa-basi .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kurban, Bentuk Kepatuhan pada Tuhan

3 Juni 2024   05:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   05:21 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bang Ardiansyah saat membeli hewan kurban | dok Pribadi

1. Pandangan Habil Kepada Saudara Kandungnya Qabil

Penulis melihat ada korelasi yang kuat antara kisah pengorbanan Habil dengan Ibrahim dan Ismail. Keduanya sama-sama memberikan kurban terbaik untuk Allah SWT. Kepatuhan pada-Nya tidak bisa dielakkan lagi. Memberikan apa yang mereka paling cintai dan miliki untuk Allah SWT. Tentunya atas kurban yang mereka lakukan dengan berdasar kepatuhan kepada Tuhannya, maka mereka mendapatkan ganjaran terbaik dari Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman; "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya" (QS.Ali-Imran [03]: 92)

Jika kita membuka tafsir klasik, para ulama tafsir berbeda pendapat tentang maknanya. Namun kebanyakan ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-birr adalah surga. Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tafsir Jami Al-Bayan fi Ta'wil Al-Quran mengutipkan beberapa nama ulama seperti Qatadah dan Al-Hasan.

Ayat yang penulis kutip di atas menegaskan kepada kita bahwa kita tidak akan bisa mendapatkan surga atau balasan amal kita, hingga kita mengeluarkan harta yang kita cintai. Habil telah mampu menunjukan kepada kita bagaimana merealisasikan wujud kepatuhan pada Tuhan-nya, dengan memberikan harta yang paling baik, berkompetisi dalam kebaikan secara objektif dengan saudaranya sendiri, dan selalu bersyukur atas setiap nikmat yang Allah SWT berikan.

Manusia yang patuh pada Tuhannya tidak akan merancang siasat buruk kepada saudaranya sendiri karena kedengkiannya. Melainkan akan selalu taat dan patuh pada Allah SWT, dengan mengetahui dan memahami esensi dari setiap perintah Allah SWT di dalam Al-Qur'an yang mulia.

2. Pandangan Qabil Kepada Saudara kandungnya Habil.

Fakta sejarah mencatat bahwa pertumpahan darah yang pertama kali terjadi di muka bumi ini dilakukan oleh Qabil terhadap Habil. Karena ia tidak patuh terhadap perintah Allah SWT, atas dasar rasa iri dan dengkinya maka ia membunuh Habil yang merupakan adiknya sendiri. Di sini dapat kita pahami bahwa ketidakpatuhan terhadap perintah Allah SWT akan melahirkan perilaku buruk sebagaimana yang telah dilakukan Qabil.

Pembaca yang Budiman, jadi sepantasnya kurban menjadi wujud kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Janganlah berkurban untuk selain Allah SWT. Berkurbanlah dengan yang terbaik dan lakukanlah karena dasar kepatuhan kepada Allah SWT. . Memang tidak dipungkiri banyak manusia yang ketika memberikan hewan kurban terkadang ada motivasi lain. 

Misalnya Karena nominal harga seperti sapi, kambing dan kerbau bagi sebagian orang merupakan harga yang mahal, sehingga ketika mampu berkurban dianggap sebagai orang yang kaya atau mampu secara finansial, kemudian timbullah rasa riya'  karena kemampuan memberikan hewan kurban dianggap mampu dan berkecukupan secara materi. 

Atau memberikan kurban yang jelek-jelek seperti yang dilakukan Qabil, atau seperti kaum sinkritisme agama yang mempersembahkan hewan sembelihannya untuk berhala, hewan yang telah mereka sembelih dikubur kepalanya  di tempat khusus dengan tujuan mengharap keberkahan. 

Tentu amalan kurban semacam itu sangat kontradiksi dengan teknis dan motivasi kurban Habil, Ibrahim dan Ismail 'alaihimassalam  yang tuntunannya sesuai petunjuk Allah SWT. Jadi berkurbanlah karena kepatuhan kepada-Nya, bukan karena selain-Nya.

Referensi :

Buku kisah 25 Nabi dan Rasul

Kitab Tafsir At-Thobari

Mushaf Al-Qur'an terbitan Kemenag

Tafsir al-Muyassar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun