Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Akademisi ialah yang membumikan literasi.bukan pandai bernarasi basa-basi .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kurban, Bentuk Kepatuhan pada Tuhan

3 Juni 2024   05:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   05:21 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bang Ardiansyah saat membeli hewan kurban | dok Pribadi

Kurban adalah persembahan yang seyogyanya diperuntukan untuk Allah SWT sebagai bentuk kepatuhan setiap hamba. Sebagaimana Ibrahim dan Ismail telah melakukan ini dan menjadi contoh untuk kita semua. Kurban adalah ibadah yang sangat penting bagi seorang muslim. Sampai Allah SWT katakan dalam Al-Qur'an "Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)". 

Perintah kurban Allah posisikan setelah shalat, artinya merupakan perkara yang sangat penting. Dan tentunya kurban karena dasar kepatuhan pada Allah SWT akan membias pada pengorbanan lainnya. pengorbanan untuk terus peduli pada manusia-manusia yang fakir  (fuqara), orang-orang miskin (Masakin), anak-anak yatim (yatama), orang-orang lemah (mustadh'afin) dan lainnya.

B. Psikis Nabi Ibrahim Saat Menyembelih Ismail

Setiap orangtua dianugerahkan perasaaan  sayang dan cinta kepada anaknya. Dengan rasa inilah apapun yang diminta oleh anak kerap dipatuhi oleh orangtuanya, bagaimanapun caranya terkadang akan ditempuh oleh orangtua. 

Begitu pula Ibrahim kepada anaknya Ismail pasti memiliki perasaan yang sama dengan orangtua lainnya. Apalagi masa penantian panjang Beliau untuk memiliki anak menjadi bukti betapa berharapnya Ibrahim untuk memiliki keturunan. Maka bagi manusia biasa cukup sulit membayangkan bagaimana perasaan Ibrahim ketika anaknya Ismail harus disembelih. Namun karena kita sesama manusia, kita bisa merasakan perasaan Beliau saat itu dan betapa tinggi kadar kepatuhan Beliau kepada Tuhannya yaitu Allah SWT.

C. Psikis Nabi Ismail Saat Hendak disembelih Nabi Ibrahim

Di masa modern sekarang ini, zaman serba digital di mana perilaku seorang anak sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka tonton melalui media sosial, semakin berat tantangan orangtua dalam membentuk anak menjadi shalih. Walau dalam perspektif teologis shalih atau tidaknya anak sesuai kehendak Allah SWT. Karena Nabi Nuh sebagai Nabi pun tidak bisa membawa dan memaksa Istri dan anaknya Kan'an untuk taat kepada Allah SWT. 

Artinya baik atau tidaknya perilaku seorang anak secara garis besar merupakan hak prerogatif Tuhan Allah SWT. Berlepas dari semua itu, betapa luar biasanya respon Ismail saat Ayahnya Ibrahim mengutarakan perintah Allah SWT untuk menyembelihnya, yaitu beliau langsung menyambut dan mengatakan "yaa abati if'al maa tu'mar  satajidunii insyaAllahu minasshoobirin (Wahai Ayahku lakukanlah jika engkau diperintahkan demikian)". Ini adalah kepatuhan seorang anak kepada Tuhannya dan baktinya terhadap Ayahnya.

D.  Keunikan Kurban Nabi Ibrahim dan Ismail dengan lainnya

1.  Menyembelih manusia bukan hewan

Apa yang kita sembelih ketika hari raya kurban ('idul  adha) adalah hewan berupa kambing, sapi, kerbau dan unta. Itulah hewan yang sudah ditentukan oleh syariat Islam. Tidak boleh berkurban dengan selain hewan tersebut. Semisal dengan Ayam, Ikan atau berupa makanan pokok seperti beras. Berbeda dengan Ibrahim 'alaihissalam  Allah SWT perintahkan beliau berkurban dengan keharusan menyembelih seorang manusia yaitu anak kandungnnya sendiri yaitu Ismail 'alaihissalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun