Mohon tunggu...
Ardiansyah Putra
Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... Animator - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendapat Para Tokoh tentang Kewajiban Menuntut Ilmu Ipteks dalam Islam

13 April 2023   12:22 Diperbarui: 13 April 2023   12:32 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi bagaimana pun bentuknya akan selalu bersifat ambivalen, yaitu ada untung ruginya, yang dalam bahasa Fiqhinya disebut manfaat dan mudharat bagi manusia dan alam lingkungannya. (Karim, 2014: 35). Dalam lingkungan hidup misalnya, dengan muncul istilah pengikisan lapisan ozon, radiasi nuklir, limbah industri, rekayasa genetika dan lainnya. Hal ini penting mengingat teknologi pada kenyataannya merupakan alat bagi manusia, sementara dalam kehidupan manusia memiliki tujuan dan cara pencapaiaan yang tentunya harus mengandung nilai agama. Oleh karena itu, seorang ilmuan Muslim harus menyadari bahwa ia harus memulai sesuatu, kemana pun ia beranjak, ia harus melangkah dari tradisi keIslaman yang merupakan identitasnya.

Di kalangan umat Islam masih banyak yang hanya menekankan pada studi pustaka daripada studi terhadap realitas sosiokultur.

Hal ini mengakibatkan kurang berkembangnya literature-literatur tentang ilmu-ilmu empiris Islam seperti sosiologi Islam, antropologi Islam, psikologi Islam, ekonomi Islam, dan sebagainya. Hal ini sangat berbeda dengan tokoh ilmuan Muslim di abad renaisans Islam, yang hasil karyanya dijadikan sumber rujukan dalam studi pustaka. Ini dapat dilihat dari karya Ibn Ya'qub an-Nadim yang berisi tentang ensiklopedia (al-Fihrist), bidang Astronomi oleh Mahani, bidang Zologi oleh ad-Dinawari dan lain sebagainya. (Nakosteen, 1996: 213-217)

Belum ada paradikma yang jelas tentang posisi nilai normatif, eksistensi dan struktur keilmuan Islam

Sebagai misal, dalam menyikapi problem tantangan modernisasi yang ditandai oleh pesatnya perkembangan industrialisasi, transformasi, alat-alat informasi yang canggih, dan kuatnya paham rasionalisme yang apabila dihadapkan pada agama, di kalangan Muslim belum mampu menyelesaikan dengan cara dialektis tetapi masih bersifat normatif. Dan para peneliti Muslim masih kurang siap menghadapi atau menolak gagasan-gagasan asing, karena tidak adanya persiapan secara memadai untuk melawan mereka melalui telaah mendalam dan penolakan terhadap promis-promis palsu. Akibat yang ditimbulkan tentang posisi nilai normatif, eksistensi dan struktur keilmuan Islam menjadi tidak jelas. Ada yang datang dari bangsa Barat, seperti westernisasi, rasionalisme, sekularisme, gagasan filsafat Barat dan semua yang berbau ke barat-baratan semua ditolak bahkan dikafirkan. (Amal, 1996: 38)

Adapun upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, Ismail Razi Al-Faruqi melakukan langkah-langkah berikut: a.  Memadukan sistem pendidikan Islam, dikotomi pendidikan umum dan Islam dihilangkan. 

Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam melalui dua tahap, yaitu mewajibkan bidang studi sejarah peradaban Islam dan Islamisasi ilmu pengetahuan. 

Untuk menghadapi persoalan metodologi, ditempuh langkah-langkah berupa penegasan prinsip-prinsip pengetahuan

Islam. 

Menyusun langkah kerja sebagai berikut: 

1.Menguasai disiplin ilmu; 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun