Penulis: Astriana
Konten Receh Adalah Hiburan
      Konten receh sering sekali berkeliaran di beranda sosial media kita. Mulai dari meme, parodi, dan lain sebagainya. Saat ini, menjadikan konten receh sebagai hiburan setelah beraktivitas sepanjang hari menjadi pilihan kebanyakan orang bukan? Ya, termasuk juga saya. Mengonsumsi konten receh sebenarnya boleh-boleh saja. Tapi perlu kita ingat, ini nggak boleh dilakukan setiap saat.  Kita harus mulai memikirkan dampak jangka panjang, kenapa konsumsi konten receh secara berlebihan bisa berbahaya?
Konten Receh Menyebabkan Brain Rot?
Sesuatu yang paling dirugikan dari mengonsumsi konten receh secara berlebihan adalah kebiasaan kita. Mengapa begitu?Â
Konten receh yang biasanya tersedia di reels, tik tok, ataupun Youtube Short cenderung memiliki durasi yang sangat pendek yakni 1 sampai 30 detik. Durasi yang sebentar itu kita nggak memerlukan konsentrasi yang serius sama sekali. Kita cuma perlu santai dan menikmati apa yang sudah disajikan (terkadang kita tidak peduli apakah konten itu benar atau hoax), kemudian lanjut scroll jika tidak suka dengan satu konten, scroll lagi, scroll terus, dan kita lupa waktu. Kemudahan untuk scroll berbagai konten receh di sosial media ini seperti air tenang menghanyutkan. (Sekali scroll bisa jadi sampek berjam-jam)
      Kebiasaan scroll yang berlebihan sampai nggak tahu waktu inilah yang dapat mengakibatkan brain rot atau pembusukan otak. Kok bisa?
Kegiatan berulang-ulang yang kita lakukan akan direspon oleh otak sebagai kebiasaan. Dalam jangka Panjang otak kita akan menyesuaikan kapasitasnya dengan kebiasaan yang kita bentuk. Pernah dengar bisa karena terbiasa?  Nah, biasa menonton konten receh juga  bisa membuat otak kita lebih suka sesuatu yang instan dan nggak berbobot.  (Baca paragraph selanjutnya)
Dilansir dari ums.ac.id, Brain rot atau dikenal sebagai "pembusukan otak" adalah kondisi ketika kemampuan kognitif, analisis, memori, serta mengingat individu menjadi menurun karena kebiasaan menggunakan teknologi secara berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan dalam berpikir kritis, kepekaan mengambil keputusan, dan kemampuan memecahkan suatu masalah.Â
Sederhananya brain rot atau pembusukan otak membikin kemampuan otak kita menurun karena terus dicekoki konten-konten nggak berbobot dengan durasi lama. Berikut tiga efek samping yang berlu kita waspadai dari brain rot.Â
1. Berkurangnya kemampuan kognitif
Kita bisa bilang otak bekerja seperti pisau, kalau nggak pernah diasah maka dia akan berkarat. Hal yang sama berlaku saat kita membentuk kebiasaan dengan menonton konten-konten receh. Kemampuan analisis, pemecahan masalah, perencanaan , pengorganisasian, pengambilan keputusan, dan kemampuan memori kita akan tidak terlatih.Â
2. Ketergantungan pada hal-hal yang instan
Durasi video yang sangat singkat, memberikan adiksi pada otak kita untuk mendapatkan hiburan-hiburan dalam waktu singkat. Mirisnya lagi, kita nggak sadar kalau sedang terus-terusan scroll video-video receh. Bisa-bisa sampai dua atau tiga jam lebih, udah setara nonton film kan?
3. Perubahan Emosi
Ketergantungan mengonsumsi video-video instan turut berdampak pada perubahan emosi kita. Sesederhana, kita mulai nyaman dengan dunia maya dan lupa melakukan kewajiban-kewajiban di sekitar kita, meniru hal-hal tidak pantas di sosial media, menjadi pribadi yang tidak sabaran, dsb.
Kata kunci untuk meminimalisir efek samping brain rot adalah MEMBATASI. Mulai membatasi diri dari konten singkat dan receh, batasi penggunaan sosial media, cari aktivitas yang lebih produktif, prioritaskan istirahat yang lebih berkualitas, mulailah memiliki hobi, dan salah satunya lagi perbanyak membaca. Jika kita membaca artikel ini sampai kalimat terakhir (kalimat ini) maka kita sudah memangkas konsumsi konten-konten instan bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H