Mohon tunggu...
Astriana
Astriana Mohon Tunggu... Freelancer - Pengarang

Review, sastra, diktat kuliah, mental health

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meja Makan Aida

10 Juni 2024   15:35 Diperbarui: 12 Juni 2024   00:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau tidak bisa seenaknya meninggalkan kami! Kau memesan sebanyak ini maka harus kau habiskan! Kalau kami mati sia-sia kami hanya akan membahayakan lingkungan. Kau tahu kenapa kau selalu menyalakan kipas angin. Salah satunya karena kau membuang-buang kami."

"Kenapa jadi salahku?" Aida mengernyit tidak terima.

"Hai gadis kecil!" Singgung Pizza tak tahan ingin turut berbicara, "Saat kami dibuang dengan sia-sia kami akan menyebabkan timbulnya metana. Manusia sepertimu akan tiba-tiba merasa panas atau sangat dingin."

"Ah tapi itu bukan tiba-tiba Pizza! Itu karena tingkah laku orang-orang yang seperti gadis kecil ini!"

"Jadi bertanggung jawablah pada kami!" Nuget turut serta angkat bicara.

"Aku harus bagaimana ini?"

"Memakan ini? Semuanya? Perutku terlalu kecil."

Aida semakin kebingungan. Ia melihat makanan-makanan itu akan bergerak menjejalinya bertubi-tubi. Haruskah bersembunyi di balik kasur? Atau menutup mulutnya dengan isolasi? Aida mondar-mandir memikirkan solusinya. Keringat-keringat kecil mulai muncul di dahi. Jarum jam yang berdentang terdengar begitu keras di telinga, seolah meneriaki gadis kecil itu untuk segera membuat keputusan sebelum matahari tenggelam dan sebelum para makanan mati sia-sia. Sementara Pizza, Ayam, Nuget, Kentang, dan Pak Soda bergeming takut. Bila-bila usahanya akan sia-sia juga. Bila Aida adalah gadis kecil yang bebal dan menutup telinga.

Aida menarik napas panjang. Menenangkan dirinya sebentar sambil duduk. Ia kembali memandang ke luar jendela, melihat lalu lalang orang-orang. Gadis kecil itu meringkuk diantara para makanan yang kembali berbisik satu sama lain.

"Akuuuu..." Aida membuka mulutnya seraya menimbang dengan hati-hati. Para makanan menunggu juga, ngeri-ngeri sedap rasanya.

"Aku akan bertanggung jawab." Tegas Aida. Para makanan masih bingung. Bagaimana caranya gadis kecil itu memperbesar perutnya. Membuat mereka tidak sia-sia dan merugikan alam. Nuget dan si Kentang yang paling kelihatan ragu saling berpandangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun