Di puncak gunung Dakidaki (ngarang) hidup seorang nenek renta yang sedang mencari sebutir batu untuk keperluan memasak di pondok reotnya. Sedang asik mencari cariannya, sang nenek dikejutkan dengan bisikan suara di telinganya.
" Nek, lihat aku !"
Si nenek pun menoleh ke kanan dan ke kiri, dia tak melihat satu sosok pun yang mencurigakan.
" Nek, aku di sini !" tambah suara itu.
Nenek yang masih sabar, terus melihat sekelilingnya sambil meneliti pandangannya mungkin saja ia salah lihat atau matanya memang tak bisa melihat sosok dari sumber suara itu.
" Sumpah ! Aku tidak bisa lihat kamu," lirih sang nenek, yang mulai menyerah dengan permainan dari sumber suara.
" Ok, aku akan lihatkan wujudku kepadamu," jawab suara itu.
Setelah ia benar-benar menepati janjinya untuk menampakkan wujudnya kepada sang nenek, sang nenek mulai berkata dalam hati.
" Ih ... jelek sekali tampangmu ?!"
" Saya memang jelek, nek !" jawab sosok dari suara yang menampakan dirinya itu.
Sontak si nenek renta tadi terkaget-kaget atasan jawaban sosok si jelek dari suara itu.
" Padahal, aku tidak kasih tahu dia. Tapi, kok dia bisa tahu ya ?!" gumam si nenek keheranan.
" Nek, jika kita benar-benar tunduk kepada-Nya. Percayalah, kita akan diberikan hikmah oleh-Nya. Jadi, apa pun isi hati orang tentang kita bisa kita ketahui semuanya !" si jelek tadi mencoba mengingatkan sang nenek renta itu.
" Iya!" jawab nenek singkat.
" Saya menyesal telah berbuat salah kala saya masih hidup dulu. Saat masih hidup, dulu saya suka berbuat apa yang telah Dia larang dan mengabaikan apa Dia tugaskan," curhat si jelek tadi menyesal.
" Andai saya (bisa) hidup lagi, saya akan terus mengabdi kepada-Nya, nek . Tapi saya sudah terlambat, saya akan terus berada di sana (Neraka) untuk selama-lamanya," tutup si jelek dan berlalu seperti ditiup angin kencang. Membuat sang nenek seperti baru terbangun dari tidurnya, namun, batu yang ia cari masih tetap dalam genggamannya.
" Siapakah sosok yang baru saja pergi itu ?" tanya nenek dalam hati. " Apakah ini sebuah pesan ? atau hanya lamunan semata ?" nenek semakin bingung.
" Mungkin saja ini isyarat, dan mungkin juga ini sebuah risalah yang harus aku ceritakan kepada mereka dibawah (lereng gunung) sana !" tekad si nenek untuk menyebarkan berita ini kepada semua warga sekiratnya.
Salam Kompak Selalu,
Ardian Sad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H