Mohon tunggu...
Imam Ardhy
Imam Ardhy Mohon Tunggu... Penulis - Suka politik dan sepakbola

Mencoba mengubah pemikiran menjadi rangkaian kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda Islam dan Masa Depan Indonesia

20 Mei 2020   17:26 Diperbarui: 20 Mei 2020   17:24 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : inspiradata.com

Pemuda merupakan salah satu aspek utama yang dibutuhkan dalam pembangunan. Ketika kita berbicara tentang pemuda, kita berbicara tentang masa depan. Karena ditangan pemuda tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini digenggam. 

Pemuda memiliki peranan penting dan strategis dalam menunjang pembangunan sebuah bangsa. Sejarah membuktikan dari kegigihan dan perjuangan pemuda lah kemerdekaan bangsa ini dapat diraih, dan dari tangan pemudalah kejayaan islam didapatkan. 

Tanpa pemuda, perkembangan suatu bangsa akan jalan ditempat karena tidak ada generasi pembaharu yang dapat menelurkan ide dan gagasan yang kreatif serta inovatif.

Dalam konteks bernegara, menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 1 Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enambelas) sampai 30 (tigapuluh) tahun. 

Sedangkan dalam konteks islam seorang pemuda itu adalah seseorang yang memiliki ciri-ciri keimanan dan keyakinan yang kuat (QS. Yunus : 83), memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mengungkap kebenaran sebuah informasi (QS. Yusuf : 36), teguh dalam pendirian dan konsisten dalam perkataan (QS. Al-Kahfi ; 10), dan memiliki keberanian dalam melawan kebatilan (QS. Al-Anbiya ; 60).

Masa sebagai seorang pemuda adalah masa dimana kita menjadi sebuah jembatan, menjadi penyambung dari masa lalu dengan masa depan. Masa-masa sebagai pemuda dapat dikatakan sebagai masa pertengahan dimana pada masa itu seorang individu mencari banyak ilmu dan mendapatkan berbagai pencerahan dari lingkungannya. 

Bagi seorang pemuda, belajar dari masa lalu (sejarah) merupakan bekal terbaik untuk menciptakan sejarah baru di masa yang akan datang. Untuk itulah pemuda dituntut harus selalu dinamis dan optimis agar dapat menjadi problem solving bukan trouble maker bagi bangsanya.

Pemuda Islam Belajar Dari Sejarah

Sebagai seorang pemuda islam tentu kita banyak mendengar dan membaca kisah termasyhur dari pemuda-pemuda islam terdahulu. Mushaf Bin Umair, Usamah Bin Zaid, dan Muhammad Al-Fatih adalah beberapa nama pemuda islam yang kisahnya masih dikenang dan menginspirasi hingga sekarang. 

Dari Mushaf Bin Umair kita belajar bagaimana beliau meninggalkan segala kemewahan dan fasilitas kelas satu dalam hidupnya dengan menjual dunianya demi akhirat. Usamah Bin Zaid seorang panglima perang termuda, yang ketika beliau menjadi panglima perang pasukan islam mendapatkan kemenangan besar tanpa satupun nyawa mujahid islam yang melayang. 

Muhammad Al-Fatih, mendapat gelar Al-Fatih (Sang Pembebas) yang karena kecerdasan dan kemahirannya dalam menyusun strategi berhasil menaklukkan konstantinopel yang pada masa itu merupakan benteng terkuat yang dimiliki kerajaan romawi.

Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia juga berangkat dari kegigihan dan semangat juang para pemuda. Sebelum sumpah pemuda, perjuangan melawan penjajah masih bersifat kedaerahan, lalu melalui pemuda yang telah mengenyam pendidikan dan berpredikat intelektual timbul kesadaran untuk bersatu melalui semboyan bertanah air satu, berbahasa satu, dan bertumpah darah satu yaitu Indonesia. 

Peristiwa Proklamasi juga diilhami dari gerakan para pemuda yang mendapat berita menyerahnya tentara Jepang kepada sekutu sehinga terjadi status quo di Indonesia. Pemuda saat itu mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari penjajah melainkan hasil daripada keringat, dan darah bangsa Indonesia sendiri. 

Dalam peristiwa 10 November 1945, Bung Tomo membangkitkan semangat arek-arek Surabaya melalui pekikan takbir dalam perlawanan terhadap Belanda dan berhasil merobek bendera merah, putih, biru milik Belanda menjadi bendera merah, dan putih milik Indonesia. Reformasi 1998 juga hadir melalui inisiasi pemuda mahasiswa yang berhasil meruntuhkan otoritarianisme Orde baru yang bertahan hampir 32 tahun lamanya.

Kisah dan pengalaman dari para pemuda-pemuda diatas yang kemudian dapat dijadikan inspirasi bagi pemuda islam masa kini untuk belajar dan mengambil hikmah dari sebuah peristiwa sejarah. 

Hikmah itulah yang kemudian menjadi titik tolak untuk menciptakan perubahan yang lebih baik untuk bangsa Indonesia. Karena tugas dari pemuda bukan hanya sebagai agen perubahan saja, namun lebih daripada itu pemuda harus bisa menjadi kreator perubahan. 

Pemuda sebagai agen hanya sekedar menjadi subjek perubahan saja, tetapi pemuda sebagai kreator dapat menjadi subjek sekaligus objek daripada perubahan yang mereka perjuangkan.

Pemuda dan Perang Pemikiran

Tantangan terbesar yang dihadapi pemuda hari ini adalah perang pemikiran atau dalam bahasa arabnya disebut dengan Ghazwul Fikri. Perang Pemikiran merupakan salah satu upaya dari musuh-musuh islam untuk menjauhkan seorang muslim dari agamanya atau dalam arti lain pelucutan, pelarutan bahkan sampai pemurtadan akidah. 

Ghazwul Fikri merupakan metode perang model baru yang tidak menelan biaya besar namun efek dan jumlah sasaran yang dihasilkan sangat luar biasa besarnya. Siapa yang kemudian menjadi sasaran daripada Ghazwul Fikri ini? Akhlak, perilaku, akidah muslim lintas generasi dan lapisan sosial terkhusus pemuda.

Fun, Food, Fashion atau disingkat 3F merupakan langkah dan upaya dari musuh islam untuk menggerogoti pemuda islam baik dari kiri, kanan, depan maupun belakang. Gaya hidup pemuda islam dirubah mengikuti gaya hidup mereka yang jauh daripada kehidupan yang islami. Melalui Fun, pemuda kita secara sadar "dipaksa" untuk mengikuti perilaku liberal, gaya hidup bebas tanpa aturan. 

Dari gaya hidup bebas itulah kemudian muncul Free Sex, Lesbian, Gay, Transgender, Biseksual (LGBT), Narkoba, dan penyakit-penyakit sosial lainnya. Melalui Food, dan Fashion pemuda kita dipaksa untuk mengikuti gaya hidup Hedonisme dan Konsumerisme, gaya hidup mewah, dan hura-hura. 

Tentu semua perilaku itu jauh dari gaya hidup islami yang mengharuskan setiap pribadi muslim untuk hidup sederhana, dan bermanfaat bagi lingkungannya. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Kemudian sarana dari Ghazwul Fikri yang paling berpengaruh bagi pemuda adalah penggunaan media tanpa filterisasi. Karena tanpa filterisasi media, tidak ada lagi sekat dan batas antar negara dalam arus pertukaran informasi sehingga seluruh pemikiran dan gaya hidup baru bebas masuk merusak jiwa pemuda dan nilai-nilai luhur Pancasila. 

Identitasnya luntur, digerogoti oleh derasnya arus globalisasi yang semakin tidak terkendali. Berbagai macam fitnah (hoax) juga muncul lewat ketidakbijaksanaan dalam penggunaan media melalui pembentukan opini publik yang keliru. Islamophobia, menstigmaisasi orang islam sebagai teroris.

 Ketika umat islam menyuarakan aspirasi dicap sebagai makar, anti-kebhinekaan. padahal islam tidak mengajarkan untuk meneror, melainkan islam mengajarkan perdamaian dan betapa pentingnya toleransi dalam memaknai perbedaan. 

Sekularisme, memaksa orang islam untuk beribadah saja, sehingga orang islam tidak boleh ikut campur dalam urusan politik, ekonomi, sosial padahal islam mengajarkan kita untuk masuk secara kaffah (sempurna) dan memahami islam secara syumul (menyeluruh).

Pemuda Islam : Menjemput Masa Depan Indonesia

Begitu kompleks tantangan yang dihadapi pemuda islam hari untuk menjayakan Indonesia di masa depan. Tentu pemuda islam harus membentengi diri dengan bekal keimanan baik itu akhlak, perilaku, dan akidah kokoh agar mampu menghadapi perang pemikiran yang setiap saat siap menghancurkan pemuda islam baik dari dalam maupun dari luar.

Sebagai pewaris tongkat kepemimpinan bangsa tentunya pemuda islam harus belajar dari sejarah, membaca banyak kisah inspiratif yang memotivasi dirinya untuk terus bergerak, karena tidak ada perubahan tanpa ada pergerakan. 

Sejarah telah membuktikan sumpah pemuda, dan reformasi lahir dari kesadaran senasib dan sepenanggungan pemuda tanah air yang sadar tanpa bersatu kita tidak bisa melawan berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan.

Tentu mempertahankan lebih sulit daripada meraih dan itulah tugas dari para pemuda islam Indonesia hari ini. Keringat, darah dan pekikan takbir menjadi pengiring untuk menjemput kemerdekaan bangsa Indonesia di masa lalu, kenapa kita harus malu dan enggan mempertahankan kemerdekaan itu hari ini dengan keringat, darah, dan pekikan takbir?

Sebagai benteng pengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemuda harus menjadi otaknya Indonesia, hatinya Indonesia, dan tulang punggungnya Indonesia menjemput masa depan Indonesia sebagai negeri yang "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun