Mohon tunggu...
Ardhilla Maghfirdha
Ardhilla Maghfirdha Mohon Tunggu... Lainnya - tulisanku

welcome to ma page!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pergerakan di Banten Abad ke-19 dan ke-20 dalam Historiografi Indonesia

3 Januari 2021   15:29 Diperbarui: 3 Januari 2021   15:33 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulisan sejarah lokal dalam kurun waktu ini cukup berkembang dengan baik, dapat kita ketahui dari cukup banyak bermunculan tulisan-tulisan sejarah dari berbagai generasi. Tuulisan-tulisan tersebut tidak lain mengungkapkan mengenai sistem pemerintahan maupun kemasyarakatan yang berlaku, baik dari keadaan masyarakat yang masih sangat bergantung dengan alam, datangnya kepercayaan-kepercayaan, dimulainya zaman penjajahan, perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajah, perang untuk mencapai kemerdekaan, masa orde baru, hingga sampai masa reformasi.

Pada abad ke-19 di Nusantara telah terjadi eksploitasi kolonial yang menyebabkan terciptanya suatu kondisi yang dapat mendorong rakyat untuk melakukan berbagai macam gerakan sosial yang di dominasi oleh keadaan ekonomi, budaya, maupun politik. Banten pada abad ke-19 menjadi saksi dari banyaknya pergolakan atau pergerakan yang terjadi.  

Dalam buku "Pemberontakan Petani Banten 1888" karya Prof. Sartono Kartodirdjo, dibahas mengenai pergolakan sosial yang terjadi di Banten pada tahun 1888. Buku ini merupakan hasil terjemahan dari disertasi milik Prof. Sartono Kartodirdjo yang berjudul The Peasant's Revolt of Banten in 1888.

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai peristiwa yang terjadi, saya ingin memberikan beberapa arti penting yang terdapat dalam karya ini. Yang pertama yaitu karya ini dapat dikatakan sebagai kritik dari Prof. Sartono terhadap penulisan Historiografi kolonial yang masih Belanda-sentris, dimana penulisannya ditekankan pada lembaga pemerintahan, sedangkan rakyat dan kaum petani memiliki peran yang dianggap pasif. Kemudian, dalam penulisan karya ini, Prof. Sartono menggunakan pendekatan multidimensional.

Dalam karya ini, Prof. Sartono menjelaskan bahwa pemberontakan yang terjadi di Banten pada tahun 1888 ini dilatar belakangi oleh terjadinya krisis kepercayaan rakyat banten terhadap pemerintahan Hindia Belanda pada saat itu.

Dalam bukunya juga dikemukakan bahwa banyaknya pemberontakan yang terjadi di Banten ini disebebkan oleh faktor-faktor tertentu diantaranya yaitu keresahan sosial. Keresahan sosial tersebut dapat dilihat dari terjadinya disintegrasi tatanan sosial tradisional akibat semakin memburuknya sistem politik pemerintah.

Kebencian religius terhadap para penguasa asing juga merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang terjadi pada abad ke-19 tersebut. Terjadinya pemberontakan juga diperkuat dengan berkuasanya para orang-orang kafir atau dapat juga disebut dengan penganut milenari.

Prof. Kartono Sartodirdjo juga mengemukakan bahwa menurutnya peristiwa ini merupakan kulminasi gerakan-gerakan perlawanan selama bertahun-tahun.

Selanjutnya saya akan membahas pergerakan yang terjadi di Banten Selatan pada tahun 1957 dalam novel karya Pramodya Ananta Toer yang berjudul "Sekali Peristiwa di Banten Selatan".

Dalam pengantar buku tersebut, pram menyatakan bahwa novel ini ditulis dari hasil kunjungannya di Banten Selatan pada akhir tahun 1957. Di buku ini,Pram menggambarkan tentang pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat setempat terhadap para pemberontak Darul Islam (DI).

Novel ini berisi tentang perjuangan warga dalam melawan kekuatan tirani yang telah menindas kehidupan mereka selama ini. Pram memperlihatkan dengan jelas keberpihakannya terhadap kaum proletar dan menyampaikan secara lugas permusuhan yang terjadi terhadap golongan penindas.

Dapat terlihat jelas bahwa dalam novel ini penyebab utama terjadinya permasalahan yaitu kesewenang-wenangan para penguasa terhadap warganya sejak zaman kolonial. Kompleksitas hubungan antara penguasa (penindas) dan warga (tertindas) digambarkan dengan cukup sederhana oleh Pramodya Ananta Toer, sehingga pembaca mudah menebak alur ceritanya.

Dalam novel ini, tokoh Ranta diposisikan sebagai tokoh utama yang digunakan untuk mempresentasikan gagasan-gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Dalam cerita yang dituliskan, Ranta digambarkan sebagai seorang petani miskin yang juga menjadi penggerak kaum tertindas di desanya untuk melakukan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan. Melalui tokoh Ranta, Pram menyisipkan ideologinya lewat ungkapan-ungkapan retoris dari tokoh Ranta, dan Pram juga mengajak para warga untuk melawan kepasifan.

Dalam novel ini Pram juga memfokuskan kepada apa yang seharusnya dilakukan masyarakat, yaitu gotong royong, kolektivitas, dan rasa sama rata. Menurutnya, hingga dewasa ini dia mengejek dan mencaci maki para penguasa yang dianggap telah menjadi mode, sebagai overkompensasi dari jiwa-jiwa yang belum memiliki pengetahuan untuk mencari arah yang benar.

Novel ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk seni sastra yang memiliki maksut untuk memberikan gambaran bagi pembaca terhadap realitas yang ada. Segala realitas yang Pramodya Ananta Toer tuliskan dalam karya ini digunakan sebagai penguat pemahaman ideologinya. 

Pram menyajikan bentuk ketidakberdayaan warga dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga membuat para pembaca dapat memahami tentang apa yang sedang terjadi pada saat itu.

Historiografi Indonesia mengenai pemberontakan atau perlawanan yang terjadi di Banten pada abad ke-19 dan ke-20 menjadi salah satu bukti dari bentuk perhatian manusia terhadap segala peristiwa yang telah terjadi di masa sebelumnya. Buku-buku yang membahas peristiwa peristiwa yang terjadi di Banten pada abad ke-19 dan ke-20 memiliki keunikan tersendiri dalam penulisannya.

Hal tersebut tentunya dikarenakan masing-masing penulisnya memiliki gaya penulisannya tersendiri. Dari bagaimana mereka membawakan alurnya, bagaimana mereka membuat pembaca larut dalam tulisannya, dan juga bagaimana mereka berhasil menyampaikan pesan tertentu kepada pembaca dari tulisannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun