Dapat terlihat jelas bahwa dalam novel ini penyebab utama terjadinya permasalahan yaitu kesewenang-wenangan para penguasa terhadap warganya sejak zaman kolonial. Kompleksitas hubungan antara penguasa (penindas) dan warga (tertindas) digambarkan dengan cukup sederhana oleh Pramodya Ananta Toer, sehingga pembaca mudah menebak alur ceritanya.
Dalam novel ini, tokoh Ranta diposisikan sebagai tokoh utama yang digunakan untuk mempresentasikan gagasan-gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Dalam cerita yang dituliskan, Ranta digambarkan sebagai seorang petani miskin yang juga menjadi penggerak kaum tertindas di desanya untuk melakukan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan. Melalui tokoh Ranta, Pram menyisipkan ideologinya lewat ungkapan-ungkapan retoris dari tokoh Ranta, dan Pram juga mengajak para warga untuk melawan kepasifan.
Dalam novel ini Pram juga memfokuskan kepada apa yang seharusnya dilakukan masyarakat, yaitu gotong royong, kolektivitas, dan rasa sama rata. Menurutnya, hingga dewasa ini dia mengejek dan mencaci maki para penguasa yang dianggap telah menjadi mode, sebagai overkompensasi dari jiwa-jiwa yang belum memiliki pengetahuan untuk mencari arah yang benar.
Novel ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk seni sastra yang memiliki maksut untuk memberikan gambaran bagi pembaca terhadap realitas yang ada. Segala realitas yang Pramodya Ananta Toer tuliskan dalam karya ini digunakan sebagai penguat pemahaman ideologinya.Â
Pram menyajikan bentuk ketidakberdayaan warga dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga membuat para pembaca dapat memahami tentang apa yang sedang terjadi pada saat itu.
Historiografi Indonesia mengenai pemberontakan atau perlawanan yang terjadi di Banten pada abad ke-19 dan ke-20 menjadi salah satu bukti dari bentuk perhatian manusia terhadap segala peristiwa yang telah terjadi di masa sebelumnya. Buku-buku yang membahas peristiwa peristiwa yang terjadi di Banten pada abad ke-19 dan ke-20 memiliki keunikan tersendiri dalam penulisannya.
Hal tersebut tentunya dikarenakan masing-masing penulisnya memiliki gaya penulisannya tersendiri. Dari bagaimana mereka membawakan alurnya, bagaimana mereka membuat pembaca larut dalam tulisannya, dan juga bagaimana mereka berhasil menyampaikan pesan tertentu kepada pembaca dari tulisannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI