Ragam resolusi tahun baru banyak kita dengar maupun baca. Yang paling umum dijumpai adalah kehendak untuk menyambung hubungan baik yang telah terjalin ke jenjang pernikahan. Bagi sebagian orang, momen menikah adalah waktu yang sangat dinanti. Namun sebagian orang juga ada yang menemui momen pernikahan yang tak terduga, "Eh, uda nikah aja" begitu ujarnya.
Risau hati bila usia yang kian merangkak namun momen pernikahan belum juga nampak sinar cerahnya. Apalagi jika hal ini dirasakan oleh kaum hawa, yang notabenenya lebih cepat menikah ketimbang pria. Ini logis, sih. Mengingat bahwa kedewasaan seorang wanita itu lebih cepat dibanding pria secara biologis.
Sebagai orang yang sudah menikah, hendaklah bisa menjaga perasaan orang yang belum menikah, khususnya mereka yang sudah berusia sangat matang, dengan tidak menanyakan hal tersebut. Karena kita tidak tahu apa hal yang mengganjalnya ke titik pernikahan. Bisa jadi karena alasan yang kita sendiri tidak menyangkanya.
Beberapa alasan umum seseorang menunda menikah, antara lain;
Â
FinansialÂ
Kesanggupan menjadi tolok ukur seorang pria dalam membina rumah tangga. Mapan dalam segala hal, termasuk ekonomi. Walau secara agama menikah bukanlah hal yang mahal, tapi ada tuntutan sosial yang juga tidak bisa dielakkan. Seperti acara hantaran, pinangan atau lamaran, hingga pesta pernikahan.
Tak ketinggalan pula tentang kebutuhan dasar rumah tangga yang harus ia siapkan, mulai dari perkakas masak, peranti ruang tidur, hingga rumah sendiri. Adalah hal yang wajar semua itu menjadi penunda perlangsungan acara pernikahan.
Sebagai orangtua calon mempelai wanita, tentu akan berpikir terhadap kenyamanan putrinya. Singkat kata, jika belum mampu menafkahi putrinya, baik jangan diambil dulu.
Masih ingin menghabiskan masa mudaÂ
Beberapa pria memandang bahwa kebebasannya akan terbatasi jika ia sudah menikah. Yang biasanya kumpul bersama teman-teman di warung kopi, kini ia akan ditanya akan kemana oleh istrinya, atau ia harus memberitahu kepada istrinya ia dari mana. Begitu juga dengan hobi yang biasa dijalani.Â
Akan ada orang yang harus ia berikan waktunya. Dan mau tidak mau ia juga harus mengurangi porsi waktunya untuk hobinya dan teman-temannya. Alasan kedua ini biasanya hinggap pada mereka yang belum berusia sepuh.
Masih memilihÂ
Memilih yang terbaik adalah harapan semua orang. Pernikahan diharapkan bisa langgeng sampai akhir hayat, oleh sebab itu ia akan memilih yang terbaik, agar rumah tangganya kelak dapat bertahan lama.
Alasan ini cukup klise, menurut saya. Karena bagaimanapun seseorang memandang, pasti ada ketidakcocokan. Karena hakikatnya manusia itu jauh dari kesempurnaan.
Masih punya tanggungan dalam keluarga
Sebagian pria menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Bisa saja karena ayahnya telah meninggal, sehingga ia harus membiayai adik-adiknya bersekolah dan membantu ekonomi keluarganya. Akan terpikir olehnya jika ia sudah menikah, pasti akan terbatasi bantuan yang ia berikan untuk keluarganya. Â
Sebagian lain ingin membahagiakan orangtuanya lebih dulu sebelum menikah. Misalnya begini, ia sudah dibiayai sampai sarjana hingga mendapat pekerjaan yang mapan. Lantas Ia ingin membalas semua perjuangan orangtuanya yang telah melangkahkan kakinya sejauh itu.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H