Beberapa pria memandang bahwa kebebasannya akan terbatasi jika ia sudah menikah. Yang biasanya kumpul bersama teman-teman di warung kopi, kini ia akan ditanya akan kemana oleh istrinya, atau ia harus memberitahu kepada istrinya ia dari mana. Begitu juga dengan hobi yang biasa dijalani.Â
Akan ada orang yang harus ia berikan waktunya. Dan mau tidak mau ia juga harus mengurangi porsi waktunya untuk hobinya dan teman-temannya. Alasan kedua ini biasanya hinggap pada mereka yang belum berusia sepuh.
Masih memilihÂ
Memilih yang terbaik adalah harapan semua orang. Pernikahan diharapkan bisa langgeng sampai akhir hayat, oleh sebab itu ia akan memilih yang terbaik, agar rumah tangganya kelak dapat bertahan lama.
Alasan ini cukup klise, menurut saya. Karena bagaimanapun seseorang memandang, pasti ada ketidakcocokan. Karena hakikatnya manusia itu jauh dari kesempurnaan.
Masih punya tanggungan dalam keluarga
Sebagian pria menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Bisa saja karena ayahnya telah meninggal, sehingga ia harus membiayai adik-adiknya bersekolah dan membantu ekonomi keluarganya. Akan terpikir olehnya jika ia sudah menikah, pasti akan terbatasi bantuan yang ia berikan untuk keluarganya. Â
Sebagian lain ingin membahagiakan orangtuanya lebih dulu sebelum menikah. Misalnya begini, ia sudah dibiayai sampai sarjana hingga mendapat pekerjaan yang mapan. Lantas Ia ingin membalas semua perjuangan orangtuanya yang telah melangkahkan kakinya sejauh itu.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H