Mengutip dari remotivi.co.id, dua orang peneliti dari University of Amsterdam, Sanne Kruikemeier dan Sophie Lecheler melakukan sebuah penelitian berjudul "News Consumer Perceptions of News Journaslistic Sourcing Techniques" (2016). Keduanya mewawancari 422 responden terkait bagaimana jurnalis mengakses narasumber dalam berita-beritanya. Salah satu hasilnya, sebagian besar beranggapan berita yang bersumber dari narasumber lebih kredibel jikan dibandingkan dengan  berita yang bersumber dari media sosial.
Kepercayaan audiens adalah salah satu faktor yang menghidupi sebuah media. Untuk mendapatkan kepercayaan audiens adalah dengan memberikan berita yang akurat dan berkualitas. Penelitian yang dilakukan oleh Kruikemeier dan Lecherer menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat menginginkan berita yang melalui proses verifikasi sehingga bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Padahal apa yang terjadi sekarang adalah kebalikannya, dimana media sosial yang masih dipertanyakan kebenarannya menjadi sasaran para jurnalis dalam mencari materi berita. Segala informasi yang didapat pun perlu dikonfirmasi lagi kebenarannya. Jangan sampai berita yang sampai ditangan pembaca hoax atau tidak seluruhnya benar dan merugikan masyarakat luas.
Daftar Pustaka
Alejandro, Jennifer. 2010. Journalism In The Age of Social Media. Reuteurs Institute  University of Oxford
Diakses       http://reutersinstitute.politics.ox.ac.uk/sites/default/files/research/files/Journalism-in- the-age-ofSocial-Media.pdf (4 Oktober 2017, 20:23)
Bungin, M Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana
Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. 2016. Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya
M. Briggs. 2007. "Journalism 2.0: How to survive and thrive: A digital literacy guide for the information age". J-Lab: University of Maryland, Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H