Pada tanggal 15 Agustus diadakan launching program peningkatan kapasitas Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) dan Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (HMPWK) yang dihadiri kepala desa, kepala dusun, dekan, wadek 3, kaprodi TL, dosen-dosen TL, dosen-dosen PWK, kepala sekolah, perangkat desa, dan tokoh-tokoh masyarakat Desa Sabrang lainnya.
Pada awal dimulainya program ini kami mendapat sambutan baik oleh Pak Triwahyu selaku dekan Fakultas Teknik, beliau mengatakan harapannya mengenai program yang diadakan HMTL dan HMPWK untuk memberdayakan masyarakat Desa Sabrang khususnya pada pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan limbah. Selanjutnya, sambutan dari kepala desa yang sangat suportif untuk membantu dan mengawal mahasiswa di Desa Sabrang dalam melakukan program-program yang akan diadakan karena Desa Sabrang dalam pengelolaan lingkungannya masih minim.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan oleh tim pelaksana HMTL dan HMPWK, tim pelaksana menjelaskan 5 program utama yang akan dilakukan di Desa Sabrang yaitu pengolahan kotoran ternak menjadi biogas, program eco enzym, budidaya maggot, bank sampah, dan eco brick.
Program biogas, reaktor pertama sudah dijalankan di Dusun Ungkalan. Program biogas memanfaatkan kotoran ternak menjadi gas yang bisa dimanfaatkan kembali sebagai alternatif energi untuk memasak pengganti gas LPG. Produk sampingan berupa cairan yang bisa digunakan sebagai pupuk.
Selanjutnya, program budidaya maggot telah dilakukan di Dusun Krajan, di rumah perangkat desa, Pak Asrori selaku kepala urusan perencanaan. Budidaya maggot memanfaatkan sampah-sampah organik sebagai pakan maggot. Maggot sendiri dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sehingga manggot memiliki nilai ekonomis, karena dapat dijual, mulai dari telurnya seharga Rp 2.000/gram, maggot sekitar Rp 7.000/kg, dan pupa Rp 30.000/kg.
Selanjutnya, eco enzym akan dilakukan di setiap dusun-dusun. Tim pelaksana akan melakukan sasar dusun, melakukan sosialisasi dan pelatihan, serta akan menyediakan alat-alat eco enzym untuk warga yang mengikuti pelatihan berupa ember atau galon, molase atau EM-4. Masyarakat akan membawa sampah sampah organik terutama sayur dan buah, kemudian sampah-sampah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi eco enzym dengan melakukan sampah buah pada molase dan air. Eco enzym dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair dan pengganti sabun pembersih lantai.
Pada pengolahan sampah atau limbah anorganik, tim pelaksana akan melakukan kegiatan bank sampah. Bank sampah akan menjadi pusat pengelolaan limbah anorganik. Bank sampah di Desa Sabrang akan mengadopsi sistem bank sampah yang dilakukan mahasiswa teknik di bank sampah Fakultas Teknik. Sampah ini menargetkan nasabah dari masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kebiasaan memilah sampah dan menabungkan sampah yang akan ditukarkan menjadi uang.
Selanjutnya, eco brick dilakukan di sekolah dasar Desa Sabrang terutama sekolah yang sudah dilakukan koordinasi yaitu SD 1, SD 3, SD 4, dan MIS MIMA 23 Sunan Ampel. Pengolahan sampah yang ada di sekolah diawali dengan pelengkapan fasilitas pengolahan sampah di sekolah oleh mahasiswa tim pelaksana yaitu, tempat sampah terpilah dan kotak sampah khusus botol. Dengan dimulainya hal tersebut, siswa dapat membiasakan diri untuk memilah sampah sesuai dengan jenisnya dan sampah yang memiliki nilai akan ditukarkan ke bank sampah agar mendapatkan keuntungan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan sekolah. Kemudian, untuk sampah residunya seperti sampah makanan ringan yang memiliki bahan metalizing dimanfaatkan untuk eco brick dan akan mengajak siswa-siswa membuat eco brick dengan cara memasukkan sampah-sampah metalizing yang sudah dipotong-potong ke dalam botol plastik kemudian dipadatkan dan disusun menjadi dekorasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H