Maknanya:
Saya hanya menjalani saja jika ada hasilnya, jatuhlah sampai pada bangsaku. Jika ada kehormatan, maka bangasa kita punya hak untuk adanya keluhuran, bangsaku menjadi contoh bagi bangsa negara lain.
Selaras dengan prinsip wayang manut Karo dalang dalam konteks kebangsaan.
Doa Eyang Sosrokartono
Doa Eyang Sosrokartono, sebagai ungkapan seorang mistikus tasawuf pada level makrifat (roso dan ridho). Â Doa ini menjadi refleksi dari keimanan yang dalam dan harapan akan kehidupan yang lebih baik, baik secara individu maupun kolektif.
Sikap batin ikhlas, trimah dan pasrah inilah yang menjamin manusia dapat menjalani dinamika hidup dengan tentram dan damai. Ia tidak akan takut pada persoalan duniawi. Orang yang mampu menghayati ajaran Sosrokartono ini hidupnya akan mandiri, sikap dan perilakunya tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran dan waktunya untuk mengabdi pada Allah SWT, sesama manusia dan alam semesta.
ZuhudÂ
Pendidikan islam menempatkan zuhud sebagai sebuah akhlak mulia. Hal ini sesuai dengan hadits nabi yang berbunyi "Jika diantara kamu sekalian melihat seorang laki-laki yang selalu zuhud dan berbicara benar, maka dekatilah dia, sesungguhnya dia adalah orang yang mengajarkan kebajikan". Menurut al-qushayri sesuai dengan konteks hadits tersebut, seorang zahid adalah seseorang yang selalu mengajarkan kebijaksanaan, menjaga perkataan dan tingkah lakunya.Â
Hadits tersebut menggambarkan bahwa zahid adalah orang yang mempunyai akhlak yang mulia. Seorang zahid adalah orang yang rendah hati, mengasihi dan memperhatikan umat manusia. Dapat disimpulkan bahwa zuhud sebagai akhlak dalam pendidikan islam ialah mendahulukan perkataan dan sikap yang baik, peduli, dermawan dan mementingkan orang lain. Contoh jika ada
orang yang membutuhkan, dan lebih memerlukan bantuan maka kita harus mendahulukan kepentingan orang lain
tersebut. Zuhud dalam pendidikan islam lebih bersifat manusiawi. Melihat realita pendidikan dimasa kini, banyak peserta
didik yang kehilangan rasa kemanusiaan, kepedulian dan
sopan santun dengan guru dan sesama peserta didik. Masa
modern membawa kemajuan teknologi namun tidak dapat
dipungkiri bahwa masa modern juga berdampak bagi sikap dan kondisi moral peserta didik. Kita ketahui bahwa masa kini adalah masa yang serba canggih, modern dan serba digital.Â
Modernisasi ini banyak membuat peserta didik terlena hingga banyak perilaku amoral muncul dan dilaporkan dalam media massa mulai dari penganiayaan guru, pembulian antar teman, hingga kasus peserta didik yang melakukan hal tidak senonoh. Degradasi moral ini disebabkan karena tidak adanya batasan bagi. peserta didik
dalam menyikapi laju modernitas seperti contoh dalam dunia.