Bangsa atau manusia harus punya minimal 1 sisi kebaikan
Salah satu bukti kecintaan Sosrokartono kepada bangsanya ini dapat ditelusuri dari surat yang ditulis Sosrokartono untuk warga Monosoeko di Bandung. Surat dari Binjei tertanggal 12 Nopember 1931 yang berbunyi: "Angluhuraken bangsa kito, tegesipun: anyebar winih budi Jawi, gampilaken margining bangsa, ngupoyo papan panggesangan".94 (Menjunjung tinggi bangsa
kita, berarti menyebarkan benih budi Jawa, memudahkan jalan bangsa, mendapatkan tempat penghidupan).
Suatu bangsa yang maju dan berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang luhur dan unggul. Maka mendidik diri agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, akan bermanfaat pada kolaborasi dan kompetisi. Menjadi bangsa yang aman dan nyaman untuk ditinggali.
care leadership
Pemimpin yang peduli menyandingkan sikap hormat pada rasa untuk sesama manusia, welas asih dan ketegasan.
Sosrokartono sendiri merupakan sosok yang senang bertirakat, senang menolong sesama, tidak menyukai kemewahan, kerendahan hati, kesederhanaan, setiap
harinya hanya makan dua buah cabe atau sebuah pisang bahkan beliau telah menyerahkan hidup dan matinya hanya untuk kepentingan umat sebagai bukti
kecintaannya kepada Sang Pencipta.
Sosrokartono mempunyai julukan "Mandor Koengsoe" dan "Jaka Pring".
Sosrokartono tidak menikah, tidak berketurunan,
dan tidak punya murid serta wakil. Sang aliflah sebuah tanda yang beliau sematkan dalam dada dan kemudian direfleksikan ke dalam dunia eksternal
sebagai perantara untuk menolong sesama.
Mencerminkan kepemimpinan yang peduli dilandasi welas asih, sumeleh, tegas dan disiplin.