Novel Laskar Pelangi adalah karya fenomenal Andrea Hirata yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2005. Â Novel Laskar Pelangi bercerita tentang persahabatan dan kemiskinan anak-anak kampung melayu Belitung. Sepuluh orang sahabat yang mencoba memperbaiki masa depan meraka dengan bersekolah di SD Muhamadiayah. Sekolah yang terlihat begitu rapuh dan menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Muhamadiayah ini dibangun atas jiwa dan hati yang ikhlas dari dua orang guru yaitu seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan Ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga kehidupannya sangat miskin, namun selalu berusaha mempertahankan sekolah ini karena nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena sekolah ini kekurangan murid dan terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa tidak pernah mendapat rapor. Sekolah yang dihidupi lewat bantuan donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin. Gedung sekolah yang rapuh, ruang kelas yang hanya beralaskan tanah, berbangku seadanya bahkan atapnya pun bocor, sehingga untuk membeli kapur tulis pun terasa begitu mahal bagi sekolah ini.
Sudut pandang dalam novel ini menggunakan orang pertama yakni "aku" aku sendiri adalah Ikal. Dia adalah anak yang pandai meski dia adalah anak  kedua setelah lintang, anak terpandai dalam kelas mereka. Si ikal menaruh minat yang sangat besar terhadap sastra itu terlihat dari gemarnya menulis puisi. Sedangkan lintang digambarkan sebagai seorang  anak yang sangat jenius. Orang tuanya adalah seorang nelayan miskin yang perahu pun tidak punya.
Novel ini mampu memberikan motivasi bagi yang membacanya dan menciptakan novel laskar pelangi sebagai karya yang pertamanya disana terdapat banyak menggunakan bahasa kiasan yang menggambarkan inspirasi maupun ide yang dituangkan dalam bentuk
tulisan, salah satu yang menarik dalam novel, "laskar pelangi" karya andrea hirata adalah bahasa yang digunakan oleh sang penulis karena prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita bebas, dari hasil pekerjaan seni fkreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai bahasanya. Sebagai sebuah bentuk  kesenian yang berobjek manusia dengan segala macam permasalahan kehidupannya, maka ia tidak hanya sebagai media penyampaian ide, teori atau sistem berpikir manusia, melainkan sastra harus pula mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan sastrawan tentang kehidupan manusia (Semi, 1988).
Prosa adalah suatu karya sastra yang berbentuk tulisan bebas (Nurgiantoro, 2013). Prosa bersifat bebas karena tidak terikat dengan aturan-aturan tulisan seperti rima, diksi, irama dan lain sebagainya. Kata dalam prosa itu mengandung makna kata yang sebenarnya. Jika di dalamnya terdapat ada kata kiasan itu hanya untuk memperindah tulisan dalam prosa saja.
Pendidikan merupakan  sebuah proses humanime yang dikenal dengan istilah memanusiakan manusia. Oleh karena itu kita seharusnya bisa menghormati hak asasi setiap manusia. Murid dengan kata lain siswa bagaimanapun bukan sebuah manusia mesin yang dapat diatur sesuka hati, melainkan mereka adalah generasi yang perlu kita bantu dan memberi kepedulian dalam setiap reaksi perubahannya menuju pendewasaan supaya dapat membentuk insan yang swantrata, berpikir kritis serta memiliki sikap akhlak yang baik. Untuk itu pendidikan tidak saja membentuk insan yang berbeda dengan sosok lainnya yang dapat beraktifitas menyantap dan meneguk, berpakaian serta memiliki rumah untuk tinggal hidup, ihwal inilah disebut dengan istilah memanusiakan manusia (Ab Marisyah1, Firman2, 2019). Demikian pentingnya suatu pendidikan dalam upaya memberantas kebodohan memerangi kemiskinan kehiduppan bangsa, meningkatkan taraf hidup seluruh lapisan warga, dan membangun harkat negara dan bangsa, maka dari itu pemerintah berusaha dalam memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk mengatasi berbagai masalah di bidang peningkatan pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Perhatian tersebut diantaranya ditunjukan dengan penyediaan lokasi anggaran yang sangat berarti, serta membuat aturan kebijakan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kualitas. Bahkan yang lebih penting lagi adalah terus melakukan terobosan dan inovasi bermacam ragam upaya untuk menumbuhkan peluang bagi warga dan khalayak umum guna memperoleh pengajaran dari semua tingkat satuan Pendidikan (Yayan Alpian, 2019). Karena proses belajar mengajar adalah bagian terpentingan guna membangun kualitas sebuah negara. Semakin meningkat kualitas pendidikan maka semakin maju pula bangsa itu. Dalam "Undang-undang nomor 20 Tahun 2003" tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 tujuan Pendidikan nasional adalah "mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab".
Pendidikan dipandang sangat penting pada era globalisasi saat ini. banyak yang mengira bahwa, orang yang berpendidikan  hanyalah orang-orang yang mendapatkan pendidikan yang memadai, namun, orang yang tidak mendapatkan pendidikan yang memadai dianggap tidak berpendidikan.
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata bermula di Desa Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.
Mereka, Laskar Pelangi --nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi-- pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kegeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.
Dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Sekolah yang dijadikan tempat untuk menempuh pendidikan pada masa itu bisa disebut tidak layak lagi untuk dipakai dan tidak layak lagi untuk digunakan sebagai tempat menuntut ilmu, karena fasilitasnya yang sudah tidak memadai lagi. Namun, hal tersebut tidaklah mengurangi rasa perjuangan anak-anak Laskar Pelangi untuk menuju kesuksesan dan kelak bisa membangun dan membawa Desa Lenggang menjadi lebih maju lagi walaupun banyak masyarakat yang merendahkan dan meremehkan suatu kegigihan mereka untuk menggapai cita-cita dengan pendidikan yang tidak lagi memadai.
Dalam Novel ini, seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi bukan berarti mereka yang berada dalam ruang lingkup keluarga yang kaya. Pendidikan yang tinggi itu diukur dari sejauh dan setinggi mana seseorang tersebut berusaha dan gigih dalam menggapai pendidikan hingga bisa meraih suatu kesuksesan dan mewujudkan berbagai macam cita-cita yang sudah didambakan sedari lama. Hal ini bisa kita lihat dari tokoh Ikal, yang mempunyai semangat untuk berjuang hingga mencapai titik kesuksesan. Ikal merupakan siswa dari Muhammadiyah yang memiliki fasilitas pendidikan yang kurang layak dan jauh dari kata elit, sedangkan lawan yang ia kalahkan sewaktu lomba cerdas cermat merupakan siswa dari sekolah elit. Dari sinilah bisa dilihat bahwa kecerdasan bukan diukur dari tingginya sekolah dan tempat untuk mendapatkan pendidikan, melainkan seberapa tulus dan ikhlas kita dalam mendapatkan suatu pendidikan yang layak walaupun tempat untuk mendapatkan pendidikan tersebut kurang layak.
Dalam cerita tentang tokoh perjuangan, tokoh utama dalam Laskar Pelangi, Ikal adalah representasi perjuangan seseorang yang berhasil mengubah hidupnya melalui pendidikan dan kerja keras. Perjalanan kesuksesan Ikal penuh dengan tantangan, inspirasi, dan pelajaran berharga. Ikal lahir di Gantung, Belitung, dari keluarga sederhana. Ia bersekolah di SD Muhammadiyah, sebuah sekolah kecil yang hampir ditutup karena kekurangan murid. Kondisi ekonomi keluarganya sederhana, tetapi orang tua Ikal tetap mendukung pendidikannya. Dari kecil, Ikal menunjukkan semangat belajar yang tinggi meskipun menghadapi keterbatasan fasilitas di sekolah.
Ikal sangat dipengaruhi oleh dua sosok guru luar biasa, Bu Muslimah dan Pak Harfan, yang mengajarkannya nilai-nilai kerja keras, keberanian bermimpi, dan pentingnya pendidikan. Ikal bersama teman-temannya, yang dijuluki Laskar Pelangi, sering dianggap remeh oleh masyarakat. Namun, mereka berhasil membuktikan kemampuan mereka, terutama melalui kemenangan dalam lomba cerdas cermat dan keberhasilan lainnya. Teman-temannya seperti Lintang dan Mahar juga memberi inspirasi besar bagi Ikal untuk terus berjuang. Setelah menyelesaikan sekolah dasar, Ikal melanjutkan pendidikannya dengan tekad yang kuat. Ia selalu bermimpi untuk melihat dunia luar dan mengubah kehidupannya melalui pendidikan. Semangatnya semakin besar ketika ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Beasiswa ini menjadi puncak dari impian masa kecil Ikal dan bukti bahwa kerja kerasnya tidak sia-sia. Ikal akhirnya berkesempatan belajar di Sorbonne, Prancis, salah satu universitas bergengsi di dunia. Di sini, ia meraih gelar sarjana dan melanjutkan pendidikannya di bidang yang ia minati. Pengalaman ini memberinya perspektif baru tentang kehidupan, pendidikan, dan mimpi. Ikal tidak hanya belajar, tetapi juga mengeksplorasi budaya baru, yang memperkaya pandangannya tentang dunia.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Ikal memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Ia tidak melupakan akar dan kampung halamannya di Belitung. Ikal menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan. Ia menjadi inspirasi bagi generasi muda di daerahnya untuk bermimpi lebih besar dan tidak menyerah pada keterbatasan.
Dalam novel ini potensi seseorang tidak dapat ditentukan dari latar belakang ekonomi atau status sosial mereka. Karena bukan hanya fasilitas di sekolah saja yang tidak memadai, namun ekonomi dalam keluargapun juga tidak memadai. Tetapi dengan semangat dan kerja keras yang sungguh-sungguh dalam menggapai pendidikan tersebut, pasti tidak aka nada hal yang berujung sia-sia. Kesuksesan adalah milik mereka yang bersungguh-sungguh dalam menggapai sebuah pendidikan.
Referensi:
Gani, Yuliana.(2016) Analisis Sosiologi Sastra terhadap novel Laskar Pelangi. Manado: Jurnal Sastra Indonesia.
Ujud, Sartika, Taslim D Nur, Yusmar Yusuf, Ningsi Saibi, and Muhammad Riswan Ramli, 'Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sma Negeri 10 Kota Ternate Kelas X Pada Materi Pencemaran Lingkungan', Jurnal Bioedukasi, 6.2 (2023), pp. 337--47, doi:10.33387/bioedu.v6i2.7305
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI