Mohon tunggu...
ardelarahmadani
ardelarahmadani Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Islam Riau, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Saya mempunyai hobi menulis dan mencoba membuat karya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menganalisis Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

14 Januari 2025   00:34 Diperbarui: 14 Januari 2025   00:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam Novel ini, seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi bukan berarti mereka yang berada dalam ruang lingkup keluarga yang kaya. Pendidikan yang tinggi itu diukur dari sejauh dan setinggi mana seseorang tersebut berusaha dan gigih dalam menggapai pendidikan hingga bisa meraih suatu kesuksesan dan mewujudkan berbagai macam cita-cita yang sudah didambakan sedari lama. Hal ini bisa kita lihat dari tokoh Ikal, yang mempunyai semangat untuk berjuang hingga mencapai titik kesuksesan. Ikal merupakan siswa dari Muhammadiyah yang memiliki fasilitas pendidikan yang kurang layak dan jauh dari kata elit, sedangkan lawan yang ia kalahkan sewaktu lomba cerdas cermat merupakan siswa dari sekolah elit. Dari sinilah bisa dilihat bahwa kecerdasan bukan diukur dari tingginya sekolah dan tempat untuk mendapatkan pendidikan, melainkan seberapa tulus dan ikhlas kita dalam mendapatkan suatu pendidikan yang layak walaupun tempat untuk mendapatkan pendidikan tersebut kurang layak.

Dalam cerita tentang tokoh perjuangan, tokoh utama dalam Laskar Pelangi, Ikal adalah representasi perjuangan seseorang yang berhasil mengubah hidupnya melalui pendidikan dan kerja keras. Perjalanan kesuksesan Ikal penuh dengan tantangan, inspirasi, dan pelajaran berharga. Ikal lahir di Gantung, Belitung, dari keluarga sederhana. Ia bersekolah di SD Muhammadiyah, sebuah sekolah kecil yang hampir ditutup karena kekurangan murid. Kondisi ekonomi keluarganya sederhana, tetapi orang tua Ikal tetap mendukung pendidikannya. Dari kecil, Ikal menunjukkan semangat belajar yang tinggi meskipun menghadapi keterbatasan fasilitas di sekolah.

Ikal sangat dipengaruhi oleh dua sosok guru luar biasa, Bu Muslimah dan Pak Harfan, yang mengajarkannya nilai-nilai kerja keras, keberanian bermimpi, dan pentingnya pendidikan. Ikal bersama teman-temannya, yang dijuluki Laskar Pelangi, sering dianggap remeh oleh masyarakat. Namun, mereka berhasil membuktikan kemampuan mereka, terutama melalui kemenangan dalam lomba cerdas cermat dan keberhasilan lainnya. Teman-temannya seperti Lintang dan Mahar juga memberi inspirasi besar bagi Ikal untuk terus berjuang. Setelah menyelesaikan sekolah dasar, Ikal melanjutkan pendidikannya dengan tekad yang kuat. Ia selalu bermimpi untuk melihat dunia luar dan mengubah kehidupannya melalui pendidikan. Semangatnya semakin besar ketika ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Beasiswa ini menjadi puncak dari impian masa kecil Ikal dan bukti bahwa kerja kerasnya tidak sia-sia. Ikal akhirnya berkesempatan belajar di Sorbonne, Prancis, salah satu universitas bergengsi di dunia. Di sini, ia meraih gelar sarjana dan melanjutkan pendidikannya di bidang yang ia minati. Pengalaman ini memberinya perspektif baru tentang kehidupan, pendidikan, dan mimpi. Ikal tidak hanya belajar, tetapi juga mengeksplorasi budaya baru, yang memperkaya pandangannya tentang dunia.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Ikal memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Ia tidak melupakan akar dan kampung halamannya di Belitung. Ikal menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan. Ia menjadi inspirasi bagi generasi muda di daerahnya untuk bermimpi lebih besar dan tidak menyerah pada keterbatasan.

Dalam novel ini potensi seseorang tidak dapat ditentukan dari latar belakang ekonomi atau status sosial mereka. Karena bukan hanya fasilitas di sekolah saja yang tidak memadai, namun ekonomi dalam keluargapun juga tidak memadai. Tetapi dengan semangat dan kerja keras yang sungguh-sungguh dalam menggapai pendidikan tersebut, pasti tidak aka nada hal yang berujung sia-sia. Kesuksesan adalah milik mereka yang bersungguh-sungguh dalam menggapai sebuah pendidikan.

Referensi:

Gani, Yuliana.(2016) Analisis Sosiologi Sastra terhadap novel Laskar Pelangi. Manado: Jurnal Sastra Indonesia.

Ujud, Sartika, Taslim D Nur, Yusmar Yusuf, Ningsi Saibi, and Muhammad Riswan Ramli, 'Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sma Negeri 10 Kota Ternate Kelas X Pada Materi Pencemaran Lingkungan', Jurnal Bioedukasi, 6.2 (2023), pp. 337--47, doi:10.33387/bioedu.v6i2.7305

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun