Demak – Hari –hari ini pasangan Tamsir dan Aslihah warga desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak kalut pikirannya . Anaknya Wahatik (20) yang bekerja sebagai TKW di Malasyia selama dua tahun menderita karena ulah nakal agensi. Meski kontrakannya telah habis selama dua tahun gaji tak pernah dikirimkan dan kabarpun tidak ada.
“ Selama dua tahun ini hanya kirim surat tiga kali , tidak pernah kirim kabar lewat HP. Yang menyedihkan surat terakhir mengatakan ia kena masalah karena Paspornya di sita agensi . Sehingga majikannya tidak bisa memulangkan dia “, kata Aslihah (55) dengan mata berkaca-kaca pada kabarseputarmuria Sabtu (8/8).
Aslihah yang didampingi suaminya Tamsir mengatakan , dulunya Wahatik pernah bekerja sebagai TKW di Abu Dhabi . Ketika itu lancar-lancar saja baik kabar maupun kiriman gaji. Usai bekerja di Abu Dhabi ia ingin mencoba kerja lagi ke luar negeri yang tidak begitu jauh. Malasyia menjadi tujuan untuk mengadu nasib kembali.
Awalnya Aslihah tidak mengijinkan anaknya kerja di Malaysia karena ia mendenngar Malasyia tidak aman untuk TKW. Namun Wahatik tetap bersikeras untuk bekerja ke Malasyia ini semua demi ekonomi keluarga. Akhirnya iapun mengijinkan anak ke 7 dari 10 anaknya kerja di Malasyia.
“ Tiga bulan pertama ia kirim surat , enam bulan ia kirim surat lagi dan terakhir satu tahun yang lalu kirim surat yang isinya menyedihkan karena ia ditipu agensinya gaji tidak diberikan dan paspornya di sita “, tambah Aslihah.
Dalam surat terakhirnya itu Wahatik meminta pertolongan kepada keluarganya agar bisa memulangkan dirinya dari Malasyia. Inilah beberapa bait surat Wahatik, “ Piye Mak anakmu njaluk mulih tapi ora iso , Piye carane anakmu gen iso Mulih ?
Dalam surat itu Wahatik juga meminta tolong kepada keluarganya untuk menghubungi PT yang memberangkatkan dia agar ia bisa pulang. Ia menghubungi nomor HP agensi di Malaysia juga tidak diangkat. Sehingga ia di Malaysia kerja tidak bersemangat. Padahal Majikannya baik , namun ia tidak bisa menolong apa-apa karena paspor Wahatik disita oleh Agen.
“ Kangge keluargaku aku njaluk maaf sing akeh , nak aku wis nyusahake panjenengan sekeluarga . Matur nuwun sing akeh nak penjenengan saged nulung kulo . Sing tak jaluk siji aku Wahatik pengin mulih , aku njaluk mulih tulung usahaake anakmu iso mulih “, itulah penggalan surat Wahatik yang membuat Aslihah menangis setiap hari jika teringat anaknya.
Aslihah dan Tamsir selaku orang tua Wahatik berharap anaknya yang sedang mendapatkan musibah di Malasyia mendapatkan pertolongan agar bisa pulang ke Demak. Sebagai buruh yang penghasilannya tidak seberapa ia tidak bisa mengurus masalah anaknya itu . Ia hanya berdo’a agar ada anaknya bisa segera pulang kembali.
Tamsir  hanya berdo’a agar ada anaknya bisa segera pulang kembali.Ia juga berharap PT yang memberangkatkan anaknya bertanggungjawab dalam masalah ini . Terakhir anaknya berkirim surat dengan alamat :71 KAMPUNG MELAYU, PADANG BESAR, PERLIS 02100 MALAYSIA.
“ Dulu kerja di Abu Dabi tidak seperti ini , setiap waktu surat lancar dan kiriman gaji juga dikirim. Saya dulu mencegah ia ke Malasyia karena di sana gawat. Ia memaksa ingin membantu keluarga . Ya jadinya begini kabar berita tidak ada , gaji belum di bayar pulangpun sulit “, kata Tamsir. (Muin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H