Mohon tunggu...
Muhammad Ardan Yoga Narindri
Muhammad Ardan Yoga Narindri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tertarik pada topik seputaran kecerdasan buatan dan implementasinya dalam dunia medis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peran Etika dalam Kesehatan Digital dan Kecerdasan Buatan

30 Desember 2024   17:46 Diperbarui: 30 Desember 2024   17:32 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Peran Etika dalam Kesehatan Digital dan Kecerdasan Buatan (Sumber: Shutterstock)

Dalam beberapa dekade, perkembangan teknologi telah merambah berbagai bidang. Arus perkembangan teknologi yang begitu cepat sudah tidak bisa diragukan lagi. Salah satu bidang yang terpengaruh perkembangan teknologi adalah bidang kesehatan. Salah satu contoh nyata sekarang ini yang menggabungkan perawatan kesehatan dan teknologi baru dinamakan "kesehatan digital." Kesehatan digital adalah bidang pengetahuan dan praktik yang berhubungan dengan penggunaan dan pengembangan teknologi digital untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Kesehatan digital dapat digunakan untuk memberdayakan pasien dengan membuat keputusan yang lebih tepat tentang kesehatan mereka.Kecerdasan buatan yang digunakan dalam dunia kesehatan merupakan inovasi teknologi yang membentuk sistem kesehatan sekarang. Kecerdasan buatan sudah dapat melakukan kegiatan yang bahkan manusia tidak dapat melakukannya. Kecerdasan buatan dapat membantu menangani pekerjaan yang membosankan, seperti mengetik dan membuat catatan elektronik. Bahkan, kecerdasan mengungguli manusia dalam pekerjaan membaca gambar radiologi dalam beberapa aspek utama.

Kecerdasan buatan medis bahkan semakin dapat melakukan tindakan yang tidak dapat dilakukan oleh tenaga medis professional terbaik di dunia. Kecerdasan sudah dapat menganalisis gejala dan tanda-tanda vital pasien. Algoritma kecerdasan buatan kemudian membandingkan informasi yang didapat dengan Riwayat pasien dan keluarga mereka serta jutaan pasien serupa lainnya. Dengan cara ini, kecerdasan buatan dapat menemukan penyebab penyakit lebih cepat dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Ilustrasi Pihak Tak Bertanggung Jawab Meretas Data Pengguna Aplikasi (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi Pihak Tak Bertanggung Jawab Meretas Data Pengguna Aplikasi (Sumber: Shutterstock)
Namun, perlu kita perhatikan kembali bahwa perkembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan dalam dunia kesehatan ini tetap memiliki risiko. Menurut laporan dari WHO pada tahun 2019, terdapat lebih dari 1.000 kasus kebocoran data kesehatan yang dilaporkan, yang memengaruhi lebih dari 15 juta orang. Selain itu, kebocoran sebanyak 279 juta data peserta BPJS Kesehatan berhasil di retas terjadi pada tahun 2021. Dalam hal ini, kasus ini terkait dengan hak-hak individu.Hak-hak individu dalam konteks kesehatan adalah hak mereka yang memiliki kontrol penuh dan dapat memutuskan bagaimana data-data kesehatan tersebut digunakan. Akan tetapi, masih banyak individu tidak memiliki kontrol penuh dan tahu bagaimana penggunaan data tersebut. Selain itu, terdapat masalah bias algoritmik yang dapat memperburuk ketidaksetaraan dalam pelayanan kesehatan. Bias algoritmik tersebut dapat menurunkan kualitas keputusan sehingga dapat berefek negatif bagi pasien.

Tanggung jawab etis dari penggunaan kesehatan digital dan kecerdasan buatan terhadap pasien juga dipertanyakan. Masih banyak perdebatan tentang siapa yang bertanggung jawab apabila terjadi kesalahan pengambilan keputusan yang dibuat kecerdasan buatan. Namun, ada tiga pihak utama yang bertanggung jawab, yaitu pengembang perangkat lunak maupun kecerdasan buatan, penyedia layanan kesehatan, dan pengguna akhir di mana tenaga medis dan kesehatan yang menggunakan layananan kesehatan digital serta kecerdasan buatan. Selain itu, ada potensi ketidaksetaraan akses yang meningkat jika layanan berbasis kesehatan digital dan kecerdasan buatan tidak dapat diakses oleh semua masyarakat.

Artikel ini akan membahas prinsip-prinsip etika yang relevan dalam penerapan kesehatan digital dan kecerdasan buatan, serta tantangan dan solusi untuk memastikan agar teknologi ini dapat memberikan manfaat secara maksimal tanpa mengorbankan aspek etis yang dapat merugikan banyak orang.


Permasalahan Etika dalam Kesehatan Digital dan Kecerdasan Buatan 

1. Privasi dan Perlindungan Data 

Ilustrasi Peretas Memperoleh Data Privasi Orang Lain (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi Peretas Memperoleh Data Privasi Orang Lain (Sumber: Shutterstock)
Kesehatan digital dan kecerdasan buatan (AI) menghadirkan peluang besar untuk transformasi sistem kesehatan, tetapi juga membawa sejumlah tantangan etika yang kompleks. Salah satu tantangannya terkait dengan masalah privasi dan perlindungan data. Penggunaan kecerdasan buatan membutuhkan data dalam jumlah besar untuk menganalisis pola, mengembangkan prediksi, dan memberikan rekomendasi medis. Data tersebut penting untuk diagnosis dan teknologi penentuan keputusan.Namun, ini menimbulkan ancaman terhadap privasi individu karena data pasien yang digunakan seringkali bersifat sangat sensitif. Kebocoran data, akses tidak sah, atau penyalahgunaan data dapat menurunkan hingga merusak kepercayaan pasien. Selain itu, regulasi seperti GDPR ,yang merupakan regulasi Uni Eropa untuk mengatur dan melindungi data pribadi, dan aturan perlindungan data lokal sering kali tidak mencakup dinamika kompleks dari penggunaan data oleh kecerdasan buatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya regulasi yang lebih komprehensif untuk mencegah kebocoran data.


2. Bias dan Ketidakadilan 

Ilustrasi Ketidakadilan dalam Pelayanan Kesehatan (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi Ketidakadilan dalam Pelayanan Kesehatan (Sumber: Shutterstock)
Kecerdasan buatan sering kali mencerminkan bias yang ada dalam algoritmanya. Bias tersebut dapat memperburuk ketidakadilan dalam layanan kesehatan. Mengatasi bias algoritmik memungkinkan untuk membuat output pelayanan kesehatan yang berkualitas. Bias tersebut dapat terjadi ketika data yang digunakan untuk melatih algoritma mungkin tidak mewakili semua kelompok populasi secara adil. 

Sebagai contoh, kecerdasan buatan yang dilatih menggunakan data dari negara maju mungkin kurang akurat saat diterapkan di negara berkembang. Tentu data-data yang diolah oleh kecerdasan di negara seperti Amerika Serikat tidak akan sama dengan data algoritma yang ada di negara berkembang, seperti Indonesia. Bias tersebut dapat menyebabkan diskriminasi terhadap kelompok rentan, seperti perempuan, minoritas etnis tertentu, atau pasien dengan kondisi kesehatan tertentu.

3. Akuntabilitas dan Tanggung Jawab 

Ilustrasi Tenaga Medis yang Bertanggung Jawab kepada Pasien (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi Tenaga Medis yang Bertanggung Jawab kepada Pasien (Sumber: Shutterstock)
Salah satu permasalahan paling kompleks dalam penerapan kecerdasan buatan dalam dunia kesehatan adalah menentukan pihak yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan, seperti diagnosis yang salah atau kegagalan sistem. Dalam penggunaan sistem kecerdasan buatan, tanggung jawab sering kali terpecah antara pengembang perangkat lunak, penyedia layanan kesehatan, dan pengguna akhir. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang mendefinisikan tanggung jawab setiap pihak dengan jelas, termasuk situasi di mana teknologi kecerdasan buatan menggantikan keputusan manusia.

 4. Transparansi dan Kepercayaan 

Ilustrasi Kepercayaan Pasien terhadap Tenaga Medis (Sumber: Istockphoto)
Ilustrasi Kepercayaan Pasien terhadap Tenaga Medis (Sumber: Istockphoto)
Sistem kecerdasan buatan dianggap sebagai black box, di mana proses pengambilan keputusannya sulit dipahami, bahkan oleh pengembangnya sendiri. Kekurangan pemahaman dan transparansi dapat menurunkan kepercayaan pasien dan tenaga medis terhadap hasil atau rekomendasi yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan. Hal tersebut dapat memperbesar potensi penolakan pasien untuk mengikuti rekomendasi kecerdasan buatan karena kurangnya kejelasan tentang bagiamana keputusan tersebut diambil oleh kecerdasan buatan. 

Prinsip-Prinsip Etika dalam Kesehatan Digital dan Kecerdasan Buatan

Etika dalam kesehatan digital dan kecerdasan buatan dapat memastikan penggunaan teknologi yang aman, adil, dan efektif dalam menghargai privasi pasien. Perkembangan teknologi dalam kesehatan digital dan kecerdasan buatan harus disertai pertimbangan etik yang kuat dan pelibatan semua pihak meliputi tenaga medis, tenaga kesehatan profesional, ahli kecerdasan buatan, pasien, dan ahli etik. Hal tersebut sangat diperlukan untuk memantau implementasinya. Prinsip-prinsip etika berikut harus diterapkan untuk memandu pengembangan dan penerapan kecerdasan buatan yang etis dalam kesehatan digital. 

1. Beneficence

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun