Mohon tunggu...
Ardalena Romantika
Ardalena Romantika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Merupakan pribadi yang amat senang bertukar cerita, pengalaman, dan hal baru dengan semua orang dari berbagai latar belakang. Saya percaya bahwa dengan mengaktualisasikan diri melalui pertukaran dan eksplorasi ide dengan orang lain, akan tercipta ruang kebebasan berekspresi dan kesetaraan bagi setiap manusia. Jadi, mari kita saling berbagi gagasan dan berekspresi bersama!.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Seandainya Kita Hidup pada Zaman Majapahit

5 Februari 2021   19:56 Diperbarui: 18 Juni 2022   22:09 12531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.minews.id

Rumah-rumah penduduk dialasi jerami dan dilengkapi dengan ruang penyimpanan untuk menyimpan barang-barang mereka. Biasanya, si pemilik rumah akan duduk dan berkumpul di atas tempat penyimpanan mereka.

Untuk urusan dekorasi rumah, arkeolog Supratikno Rahardjo dalam bukunya yang berjudul Peradaban Jawa: Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir menyebutkan bahwa masyarakat Majapahit menggunakan patung tokoh perempuan yang terbuat dari tanah liat sebagai hiasan rumah mereka. Hiasan ini juga menjadi simbol status sosial.

Bicara soal status sosial, tak beda jauh dengan zaman sekarang. Pada zaman Majapahit, rumah-rumah pejabat bisa dibilang berbeda jauh dengan rumah-rumah rakyat biasa. 

Dilansir dari Historia.id, pejabat-pejabat kerajaan memiliki hak-hak istimewa terkait dengan hunian. Hal ini berdasarkan Prasasti Gandakuti (1042 M) yang menyebutkan bahwa pejabat boleh memiliki pavilion dengan warna-warna tertentu atau dipan berukir yang diletakkan di dalam bale. 

Selain itu, rumah para pejabat diperbolehkan memiliki waruga atau serambi yang ditinggikan di tengah dan di bagian belakang serta memiliki tiang hingga 8 buah. Sangat kontras ya apabila dibandingkan dengan rumah-rumah rakyat biasa!

2. Mengunyah pinang setiap hari

Masih dalam Ying Ya Sheng Lan, Ma Huan menceritakan kebiasaan mengunyah pinang yang dilakukan oleh rakyat Majapahit tiap harinya. Baik pria maupun wanita akan mencampurkan pinang, daun sirih, dan jeruk nipis kemudian mengunyah campuran ini. 

Setiap tamu yang datang ke rumah mereka tak akan dijamu dengan teh atau segelas air. Namun mereka akan mendapat suguhan campuran pinang dan sirih ini.

Apabila mereka hendak makan, mereka akan berkumur dan membersihkan mulut dari sisa-sisa campuran ini. Selanjutnya, mereka akan menyantap nasi yang disajikan dengan saus atau mentega. Lalu, mereka akan makan langsung dari tangannya dengan formasi duduk melingkar bersama semua anggota keluarganya.

Jadi, bisa bayangkan, apabila kita hidup di masa ini, tentu saja kita akan mengunyah campuran pinang, sirih, dan jeruk nipis setiap hari!

3. Upacara kematian yang beragam sesuai keinginan orang yang meninggal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun