Pertikaian ini menyebabkan kekalahan di pihak Balaputradewa yang kemudian menyingkir ke Sumatera dan mewarisi kerajaan Sriwijaya dari kakeknya, Dharmasetu. Dharmasetu sendiri diyakini juga merupakan kakek dari Samaratungga.
Apabila ditelisik lebih lanjut, Pramodhawardhani dan Rakai Pikatan sebenarnya berasal dari 2 wangsa yang saling bersaing. Rakai Pikatan berasal dari wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, sedangkan Pramodhawardhani berasal dari wangsa Syailendra yang beragama Buddha Mahayana.Â
Wangsa Sanjaya pernah berkuasa di tanah Jawa, namun harus berakhir dan beralih ke wangsa Syailendra sekitar tahun 792 M. Hal inilah yang membuat banyak ahli berspekulasi bahwa perkawinan keduanya sebenarnya adalah perkawinan politik untuk mempertahankan tahta Pramodhawardhani. Karena seperti yang kita ketahui, pada masa itu, seorang pemimpin perempuan belum lazim ditemui.
Sebelum bersatunya Pramodhawardhani dan Rakai Pikatan, agama Buddha lebih dominan. Hal ini dibuktikan dengan adanya Candi Borobudur yang dibangun pada era Samaratungga dan diresmikan oleh Pramodhawardani.Â
Namun siapa sangka?, setelah Pramodhawardhani bertakhta dengan didampingi Rakai Pikatan, lambat laun sang suami justru lebih berpengaruh. Sampai pada pembangunan Candi Prambanan, candi hindu terbesar, yang diduga dimaksudkan untuk menyaingi Candi Borobudur.
Asmito, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kebudayaan Indonesia bahkan menyebutkan bahwa Rakai Pikatan sebenarnya ingin melenyapkan kekuasaan Syailendra. Untuk melancarkan tujuannya, ia menikahi Pramodhawardhani, sang pewaris takhta Syailendra.
Dengan demikian ia dapat sekaligus menyingkirkan Balaputradewa yang saat ini memiliki pengaruh kuat dalam wangsa Syailendra. Sebenarnya, kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dari pernikahan ini. Namun tidak ada yang tahu siapa yang sedang memanfaatkan, dan siapa yang sedang dimanfaatkan.
Jika Roro Jonggrang tak nyata adanya, lalu siapakah sosok yang diwujudkan dalam arca Roro Jonggrang yang selama ini menjadi alasan bagi begitu banyak kunjungan ke Candi Prambanan?.Â
Arca Roro Jonggrang dipandang identik dengan salah satu dewi hindu, yakni Dewi Durga Mahisasura Mardini, atau yang lebih dikenal sebagai Dewi Durga. Dalam mitologi hindu, Dewi Durga merupakan penakluk Asura dan perwujudan dari Parwati, istri Siwa .Â
Bangsa Asura sendiri merupakan bangsa yang selalu mengacaukan kahyangan dan dipimpin oleh makhluk berbentuk banteng. Dewi Durga digambarkan sebagai wanita yang sangat cantik dan memiliki delapan tangan. Dalam setiap tangannya, Dewi Durga memegang senjata khusus yang merupakan hadiah dari para dewa.