Mohon tunggu...
Ardalena Romantika
Ardalena Romantika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Merupakan pribadi yang amat senang bertukar cerita, pengalaman, dan hal baru dengan semua orang dari berbagai latar belakang. Saya percaya bahwa dengan mengaktualisasikan diri melalui pertukaran dan eksplorasi ide dengan orang lain, akan tercipta ruang kebebasan berekspresi dan kesetaraan bagi setiap manusia. Jadi, mari kita saling berbagi gagasan dan berekspresi bersama!.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Ungkapan "Ora Srawung Mantenanmu Suwung" dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Desa di Yogyakarta dan Jawa Tengah

8 Januari 2021   09:38 Diperbarui: 8 Januari 2021   09:47 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rewang dan sinoman. Sumber:  https://wukirsari.bantulkab.go.id 

Masyarakat desa terkenal akan solidaritasnya yang tinggi. Hal ini disebabkan rasa persaudaraan mereka yang masih sangat erat. Mereka beranggapan bahwa tetangga di sekitarnya adalah saudara yang harus selalu dibantu ketika membutuhkan uluran tangan. 

Kesadaran ini mendasari lahirnya tradisi rewang dan sinoman yang senantiasa lestari sejak zaman nenek moyang, ketika segalanya masih serba homogen, hingga saat ini ketika desa sudah bergerak menuju heterogenitas. 

Rewang diartikan sebagai pengerahan bantuan baik berupa tenaga maupun materiil untuk membantu kerabat atau tetangga yang sedang punya gawe (pekerjaan), dalam konteks ini dimaknai sebagai hajatan. 

Sedangkan sinoman berasal dari kata "nom" yang berarti muda, yang kemudian dalam praktiknya dimaknai sebagai sekelompok muda-mudi yang berperan sebagai pelayan tamu dalam sebuah hajatan. 

Istilah lain sinoman adalah pramuladi, yang memiliki tugas pokok melayani dan menghidangkan minuman untuk para tamu. Dalam tradisi masyarakat desa di suku Jawa, kedua kegiatan ini paling sering ditemui secara bersamaan dalam acara pernikahan dan pesta supitan (sunatan).

Ungkapan "Ora srawung mantenanmu suwung" memiliki makna apabila anda tidak mau bersosialisasi atau berinteraksi, maka siap-siap saja pernikahan anda akan sepi. 

Sosialisasi dalam ungkapan ini diartikan sebagai turut sertanya seseorang dalam kegiatan bermasyarakat, seperti rewang dan sinoman. Sedangkan "sepi" disini bukan berarti tidak ada tamu yang datang, namun tidak ada tetangga yang akan membantu dalam menyiapkan segala ubarampe (keperluan), termasuk sajian untuk hajatan. 

"Mantenan", atau dalam bahasa Jawa disebut juga dengan istilah "manten" dan  "rabi" yang berarti pernikahan, juga bisa dipandang dalam arti luas, meliputi pesta hajatan lain. Jika tidak bersosialisasi, siap-siap saja, tidak hanya manten, namun hajatan anda yang lain juga akan sepi.

Dalam masyarakat desa di Yogyakarta dan Jawa Tengah, meskipun seseorang berasal dari keluarga yang kaya raya maupun terpandang, jarang dijumpai penggunaan jasa wedding organizer untuk pesta pernikahan yang diselenggarakannya. Si penyelenggara hajat mantenan (pernikahan) biasanya akan membentuk panitia khusus yang terdiri dari tetangga dan muda-mudi sekitar. 

Mereka akan bekerja menurut bagiannya masing-masing dalam rentang waktu tertentu sampai hajatan terselenggara. Namun apabila tidak ingin membentuk panitia, pemilik hajat bisa meminta tolong kepada tetangga-tetangganya untuk membantunya dalam menyiapkan hajatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun