"Jogja tercipta dari rindu, pulang dan angkringan."
Tadinya, aku mengira kalimat itu hanyalah sebuah provokasi agar orang-orang tertarik untuk berkunjung ke Jogja. Namun saat melihat langsung, aku dibuat terkesima. Jogja bagaikan kepingan surga yang jatuh ke tanah Jawa. Ia memang hanya sebuah kota, namun dalam sekejap mampu memberikan getaran di dada ketika mendengarkannya.
Jogja memang selalu membuat orang rindu akan kesederhanaannya. Namun ia juga bisa memberikan kehidupan yang penuh drama, romantika dan penuh cinta. Bahkan ia langsung tumbuh dan mengakar ke dalam sanubari sedalam yang kamu punya tanpa kamu sadari.
Ya, setiap orang yang datang ke Jogja tentu akan merasakan ingin kembali ketika mereka sudah kembali ke daerah asalnya. Dan saya pun merasakan hal yang sama, tepatnya sejak menginjakkan kaki pertama kali di kota ini sekitar 2 tahun yang lalu.
Saat itu, batinku langsung tertawan. Di mataku, Jogja adalah kota yang adem, damai, sederhana dan penuh keramahan. Ternyata kalimat provokasi itu tidak salah. Jogja benar-benar tercipta dari rindu. Aku langsung dibuat jatuh cinta sekaligus rindu saat itu juga. Terlebih lagi, atmosfer Jogja begitu kental akan adat dan budayanya.
Sejak saat itu, aku selalu berharap semoga bisa berkunjung lagi Jogja untuk kesekian kalinya.
Mandiri Jogja Marathon, Lebih Dari Sekadar Lomba!
Nah, ngomongin tentang Jogja yang terbuat dari "rindu, pulang, dan angkringan" dan harapan saya yang ingin kembali ke tempat ini lagi, ternyata ada event tahunan yang selain menarik juga sayang untuk dilewatkan. Event yang membuatku jadi berandai-andai dan  memasukkannya ke dalam agenda tahunan pribadi.
Mandiri Jogja Marathon, begitulah mereka menyebutnya. Event bergengsi yang tahun ini memasuki tahun ketiga. Dimana telah sukses diadakan pada 28 April 2019 kemarin.
Kompetisi marathon ini berbeda dari kompetisi pada umumnya. Mesipun berskala internasional, konsepnya sungguh unik. Ia mengusung konsep "Wisata" dan tahun ini diikuti sekitar 7.500 pelari dari sembilan negara yang akan terbagi dalam kategori Full Marathon, Half Marathon, 10K, dan 5K.
Saking uniknya, kebanyakan pesertanya berasal dari luar Jogja. Bahkan tidak ketinggalan peserta dari Negara lain, seperti dari Kenya, Malaysia, dan Singapore. Ini membuktikan bahwa event ini begitu menarik minat para pelari.
Dari pemilihan rute saja sudah menarik. Contohnya "Full Marathon" yang lokasi startnya dimulai di Candi Prambanan. Dimana secara psikologis akan menarik perhatian banyak orang. Semua tentu sudah pernah mendengar tentang Candi Prambanan merupakan tempat bersejarah dengan keindahannya dan merupakan destinasi yang ingin dikunjungi banyak orang, baik local maupun mancanegara. Sehingga tidak heran jika ada peserta dari negara lain yang ikut ambil bagian.
Selain Candi Prambanan, rute lainnya ada Candi Plaosan, dan Monumen Taruna. Diluar itu, ada 13 desa di Jogja yang akan dilintasi oleh peserta marathon. Sehingga selama berlari, peserta akan disuguhi pemandangan alam, peninggalan sejarah, sawah, nuansa pedesaan, dan tak ketinggalan masyarakat desa setempat juga ikut dilibatkan dengan menyuguhkan kesenian lokal dan makanan tradisional sepanjang rute marathon nanti.
Sungguh menarik bukan! Ah... andai saja aku ada disana!
Mulai dari Candi Prambanan
Bagi peserta yang baru pertama kali ikutan, ini akan menjadi pengalaman yang luar biasa unik. Mulai dari start sudah disuguhi pemandangan yang tak biasa. Kemegahan Candi Prambanan akan memberikan cerita tersendiri.
Tahukah kamu? Candi Prambanan adalah Candi Hindhu terbesar di Jawa Kuno yang di bangun oleh Rakai Pikatan sekitar tahun 850 Masehi, yang secara berkelanjutan di sempurnakan oleh Raja Lokapala dan Raja Balitung Sambu. Candi Prambanan dibuat dan dipersembahkan untuk Trimurti. Yaitu 3 dewa utama dalam agama Hindu. Dewa Brahma sebagai dewa pencipta, Dewa Wishnu sebagai Dewa pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai Dewa pemusnah.
Menuju Candi Plaosan
Setelah Candi Prambanan berlalu, peserta marathon akan melewati Candi Plaosan tak kalah menarik dalam urusan yang pemandangan sekitarnya. Akan ada kesan tersendiri yang bisa ditemukan disini. Kenapa? Karena lokasi candi ini berada ditengah sawah, yang tentu saja akan menimbulkan eksotisme lain dari yang lain. Disini suasana pedesaan akan benar-benar terasa, dimana akan ada banyak warga turun ke sawah untuk menggarap sawahnya.
Dari Candi Prambanan jaraknya kurang lebih 1,5 km. oh iya, Candi ini terbagi menjadi 2 yaitu : Candi Plaosan Lor (utara) dan Candi Plaosan Kidul (selatan). Candi ini dikelilingi oleh parit berbentuk empat persegi panjang dengan lebar parit 10 meter yang tingginya bisa mencapai 2.5 meter. Di luar parit, Candi ini memiliki pagar keliling membentuk segi empat.
Selanjutnya Monumen Taruna
Konon, monumen ini didirikan untuk mengenang perjuangan para taruna yang gugur saat melawan Belanda di jama penjajahan dulu. Saat itu, Jogja adalah ibukota Indonesia dan sedang dikuasai oleh Belanda.
Candi Sewu
Sesuai dengan namanya, Sewu (bahasa Jawa) yang artinya seribu. Dan candi ini seolah-olah berjumlah 1000. Disinilah cerita Roro Jongrang bermula. Dimana Bandung Bondowoso jatuh cinta kepada Roro Jonggrang namun ditolak karena dirinya telah membunuh Ayahnya. Meski pada akhirnya ia setuju juga tapi dengan syarat, yakni minta dibuatkan 1000 candi dalam semalam.
Dan Bandung Bondowoso pun menyanggupinya. Kemudian Ia meminta bantuan dari bangsa jin. Sayangnya, saat candi ke 999 dibuat, Roro Jonggrang punya akal yakni membangunkan para dayang dan perempuan desa untuk menumbuk padi dan membakar jerami di sisi timur.sehingga para mahkluk jin pun ketakutan karena mengira matahari mulai terbit.
Namun, kecurangan itu diketahui akhinrya di ketahui oleh Bandung Bondowoso, dan ia pun murka dengan mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi ke 1000.
Selain disuguhi beberapa wisata sejarah, peserta marathon juga akan menikmati wisata alam seperti pemandangan gunung merapi dan sekitarnya, jalan desa yang sejuk dan penuh pepohonan, hingga hijaunya persawahan.
Tak hanya itu saja, ada juga wisata budaya yang disuguhkan dengan berbagai macam atraksi pelengkap. Seperti tari-tarian tradisional, ataupun pertunjukan alat musik tradisional seperti gamelan.
Dan yang terakhir yang tak kalah menarik adalah wisata kuliner. Peserta marathon juga bisa mencicipi nikmatnya kuliner tradisional ataupun modern khas Yogyakarta. Seperti Pecel, Sate Klathak khas Jogja yang melegenda, dan tentunya Bakpia dan Gudeg.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H